"11 Choco Hot Chips"

11 Choco Hot Chips
Kembali ku nikmati segelas coklat panas itu, pagi ini, rasanya begitu hangat, apa mungkin karna pagi ini hujan? batinku. Minggu pagi, Bandung 06:30 a.m, tubuhku sudah terbungkus jacket tebal ala orang orang belanda. Namun, tetap saja dingin itu menusuk tulangku.
Aku bergegas mandi dengan terpaksa, menyiapkan semuanya, dan pergi dari apartemen, iya. Aku tinggal sendiri disini, sebelumnya, aku pernah sendiri seperti ini, melakukan segala hal sendirian. Tapi, kali ini sendirian itu lebih terasa, sangat, bahkan menyakitkan.
                                                                             ***
Aku gadis berusia 18 tahun, Namaku Alenka Andeani Millton, aku indo-jerman, orantuaku bercerai 5 tahun yang lalu, dan aku memutuskan untuk ga ikut siapapun. Ibuku sekarang lebih memilih hidup di paris dibandingkan pulang ke negaranya sendiri Indonesia, dan Ayahku menikah lagi dengan janda muda yang sekarang masih tetap tinggal di jerman, Aku..ya, aku memilih tinggal sendirian di kota tempat kelahiran ibuku. Bandung.
"Pagi, Om"
"Pagi, Ibu"
"Hai, de.."
"Hati hati di jalan ya nde!"
"Iya, tant, bye bye!"
Pagi ini, seperti biasa Ande menyapa semua tetangga apartemennya sebelum ia pergi.
Handphonenya bunyi. "Mom"
"Iya, Hallo?"
"Kenapa kamu ga nelfon mamah pagi ini?" Terdengar suara mamah mencak mencak make bahasa indonesia di telfon.
"Ini sih, keduluan mamah!"
"Sa.."
"Iya mah, aku udah sarapan, aku make dress up warna soft pink, sama jeans pendek, trus aku pake sepatu hak, aku pake kalung yang dikasih sama mamah kemaren, aku make tas selempang biasa, aku warnain kuku aku pake kutek warna merah, aku udah minum susu, dan aku ga lupa ngunci pintu apartemen" Panjang lebarku, yang memang sudah hafal pertanyaan mamah setiap pagi.
"Kemana tujuanmu hari ini? Mamah punya feeling kamu ga bakal masuk kuliah pagi ini!"
"Hmmm..Perkataan Ibu pasti selalu benar, congrats mah!"
"Jadi, mau kemana?"
"Ga tau mah, palingan jalan jalan aja, sama cari cari buku, kalo ga hunting foto kali"
"Yaudah, Hati hati ya, jangan keseringan bolos kamu!"
"Iya mah, bye"
                                                                        ***
"Rainbow Cafe" seutas senyum tersunggingg di pipi Ande.
"Selamat pagi, Om jun" Sapanya pada pemilik kafe yang sudah akrab dengannya.
"Pagi sweety"
"Gimana kabar Om?"
"Baik honey, kamu?"
"Aku juga" Sambil melirik meja
 nomor 11 yang biasa ia pakai.
"Loh kok, ada yang mesen?"
"Apa?" Tanya pemilik kafe.
"Tempat duduk aku"
"Oh, iya sayang, maaf ya.."
"Kenapa sih Om? Kurang banyak DP buat dapetin meja itu?"
"Bukan maksud om kaya gitu ande.."
"Apa?"
"Kamu duduk di tempat lain aja ya? Gimana? nomor 9? Kamu juga suka nomor 9 kan?"
"Iiih" Terpaksa Ande duduk di meja nomor 9
Beberapa menit kemudian, pelayan memberikan pesanan yang diminta Ande setiap paginya.
"Ini choco hot chips nya nona"
Ande meminum choconya buru buru, hingga ia kepanasan, maklum kebawa emosi.
Semenit kemudian, seorang laki laki masuk ke dalam kafe dan menduduki meja nomor 11.
"Oh, jadi dia yang mesen?" Batin Ande.
Baru saja Ande akan menghampiri, maling mejanya itu, sebelum Handphonenya berbunyi lagi, kali ini "Daddy"
"Hallo!"
"What was goin on? kenapa kamu marah honey?"
"Eh, im so sorry dad, i don't mean"
"okay, just so so honey. how about you today?"
"not good"
"Why?"
Ande tak menjawab pertanyaan terahir ayahnya, karena dia terlalu antusias dengan kerumunan orang yang berlari menuju toko buku. Orang orang itu membawa selebaran "Cinta Brontosaurus Raditya Dika launching".
"Dad, udah ya, aku buru buru nih. Bye :*"
Ande segera berlari, mencari taksi, buru buru dia menuju toko buku.
Semuanya antusias membeli buku karangan manusia gokil yang sering dipanggil BangRadit itu.
"Waah tinggal satu, Aku harus dapet!" Benak Ande.
Namun sesuatu menghentikannya tepat di depan buku itu. Buku itu diambil oleh orang di depan matanya sendiri, dan yang mengambilnya adalah, Pencuri Meja 11
"Itu! Novel Akuu!" Ande mencoba menyelip di keramaian. Tapi, nihil, dia hanya bisa melihat punggung si pencuri meja 11 itu menghilang, laki laki itu bukan hanya maling meja, tapi maling buku brontonya juga.
                                                                                ***
"Hai, Mill" Sapa Lily sahabatnya
"Apa?"
"Kok, kamu cemberut gitu sih?"
"Lagi kesel aja, kamu ngapain nyuruh aku ke kampus? siang siang gini? malesin tau ga?"
"Jeh..Marah marah aja nih cewe, lagi knapa sih?
"Mau apa kamu? Aku mau cepet pulang"
"Aku mau ngenalin kamu sama sepupu aku, ini namanya Nilo Febri Andesta, sama sama Ande kaya kamu" Ande pun melirik Nilo.
 Seketika itu Ande membenarkan alisnya yang mengkirut.
"Knapa Mill? Kamu kenal Nilo?"
"Oooh engga ko, belom kenal" Awas aja kamu maling 11, maling buku.
Iya Nilo Febri Andesta alias Nilo alias sepupu Lily adalah maling buronan Ande.
"Alenka Andeani Millton" Ande menyebutkan namanya dengan nada sedikit ketus dan mencengkram tangan Nilo cukup lama, pandangan sinis tentunya.
"Oiya Mill, tujuan aku ngenalin Nilo ke kamu tuh.."
"Apa?"
"Aku nitip dia selama dia disini ya? Kamu tau sendiri apartemen aku kecil,  trus Nilo juga kata mamahnya ga boleh tinggal sendirian"
"Maksud kamu, aku setengah apartemen sama sepupu kamu ini? Hallo Lily, aku cewe!"
"Tapi, Mill, mau tinggal dimana lagi? kamu tau kita sama perantauan dan sama sama indekos, kosan kamu kan 2 kamer trus juga gede"
"Lily!"
"Millty, please!"
"Sampe kapan?"
"Ga bakal lama, aku jamin sampe aku dapet apartemen baru yang lebih gede, kay?"
"Hemm"
"Senyum dong Millty sweety"
"Nilo!" Panggil Lily pada Nilo, yang sedari tadi duduk sendirian.
                                                                           ***
'Satu pesan diterima'
Oiya aku lupa, kata mamah Nilo, Nilo ga boleh dibentak sedikitpun!! Kalo dibentak kita ga tau apa yang bakal terjadi sama Nilo.
Lily
"Aduh ribet"
                                                                         ***
Untuk beberapa minggu ini, Nilo menyebalkan, bahkan sangat sangat menyebalkan. Dari mulai ga mau nyuci piring, ga mau ikut belanja, ngeberantakin tapi ga mau beresin, ga mau masak, ga mau nyuci baju, nonton tivi tiap hari, mesen delievethrue tiap malem, nonton bola teriak malem malem, dan masih banyak lagi . Hingga suatu malam..
"Nilo! Bisa ga sih kamu diem sedetik aja? ga ngerusak sehari aja? bisa ga!!!" Bentak Ande.
Nilo pun cepat cepat menuju kamar mandi, entah apa yang dia lakukan di kamar mandi, cukup lama, sekitar 30 menit.
Dan semenjak hari itu Nilo, diam.
Nilo, memang ga kuliah, entah kenapa, dia setia menunggu apartemen Ande setiap hari.
                                                                         ***
Selasa, 15:30 WIB Hujan deras.
Hari itu, Ande kuliah tanpa membawa mobil pick up nya, dia maenggunakan angkutan umum, dan nyatanya dia ga bawa persiapan hujan di tasnya.
Ande turun dari di halte bus.
"Loh, kok kamu ada disini Nilo?" Nilo pun tersenyum, membukakan payung yang ia bawa buat Ande. Ande pun cukup kaget.
"Kamu, kok tau aku ga turun di halte?"
"Feeling" jawab Nilo singkat
Nilo ga membiarkan Ande basah, dia menghalangi setiap cipratan kendaraan dengan tubuhnya, ya. Nilo memeluk Ande. Ande cukup terkesan.
"Kamu duduk aja Nde"
"Emang kamu mau apa?"
"Bentar ya.."
Nilo membuatkan sesuatu untuk Ande
"Apa ini?"
"Susu coklat hangat, bubur tanpa daun polong siap disajikan untuk anda nona cantik"
Ande terkekeh dengan sikap Nilo.
Nilo, mulai menyenangkan, dia begitu berbeda dengan Nilo yang pertama kali Ande kenal, Nilo yang sekarang adalah Nilo yang hangat, pintar memasak, dan interesting, Nilo adalah orang yang pertama kali menghafal semua kesukaan dan kebiasaan Ande.
"Selamat Ulang Tahun Ande" Ucap Nilo jam 00:00 WIB melalui skype, padahal mereka hanya berjarak kurang lebih 10 langkah.
"Coba keluar kamar deh" Ande pun segera keluar dari kamarnya, dan melihati seluruh ruangan apartemennya dihiasi lampion dan lampu lampu yang berwarna warni, begitu indah. 
Dan Nilo hadir membawa kue Ulang Tahun Ande, Ande pun segera meniup lilinnya dan mencium Nilo, Nilo shock dan termenung sebentar, namun dia cepat cepat sadar karna suara Ande yang mengagetkannya.
"Kamu suka?"
"Suka bangeet, makasih ya Nilo!"
"Iya"
Paginya, Nilo menempelkan surat di lemari es
Aku pamit ya Nde, aku mau ke rumah temenku di sekitar sini, aku udah lama ngerepotin kamu, maafin aku ya, makasih
Nilo
Okay, aku tinggal sendirian lagi, batin Ande
Satu minggu Ande dan Nilo saling memberi kabar lewat sms dan telefon, mereka ga pernah lost contact.
Tapi kemudian, Satu bulan Nilo menghilang, ga ada kabar, sms, atau telefon dari Ande tak kunjung dapat jawaban, Lily pun susah ditemuin, kadang muncul, kadang hilang, sekalinya muncul itu juga sebentar.
"Itu bukannya Lily?" Gumam Ande
"Lily! Ly.." Lily ga mendengar Ande
Ande pun memutuskan mengikuti Lily, bukannya dia berniat menguntit sahabatnya itu. Tapi, gerak gerik sahabatnya itu mencurigakan, dan untuk apa Lily ke Rumah Sakit.
"Kok RS?" Ande terus mengikuti Lily hingga depan pintu kamar ICU nomor 11
"Lily" Lily kaget mendengar suara yang menyapanya dari belakang.
"Lily, kamu kemana aja?"
"Eh, kamu Ande, ga kok aku ga kemana mana"
"Kamu ngapain disini? Siapa yang sakit?"
Lily pun menceritakan semuanya, dan Ande tau siapa penghuni kamar ICU nomr 11 itu. Nilo.
Ande memasuki kamar itu pelan, dia melihat tubuh laki laki yang pernah tinggal bersamanya tertidur pulas diatas kasur, semakin dekat semakin lirih suaranya, iya. Ande menangis.
Dia mengerti kenapa selama ini, dia terus menghawatirkan Nilo, Dia merindukan Nilo, ternyata Ande merasakan sesuatu, iya. Ande mencintai Nilo, Ande jatuh cinta pada maling buku dan mejanya.
Ande mendekati Nilo, Ande genggam tangannya, berat rasanya melihat orang yang pernah tinggal 11 bulan bersamanya itu terkapar tak sadarkan diri.
Nilo memiliki penyakit gagal ginjal dan kelainan jantung sejak kecil, dan sejak kecil pula dia hidup dan besar di rumah sakit, dia tak pernah sekalipun tertarik dunia luar, karna dia percaya dunia luar itu menyeramkan, namun ahirnya Nilo memberanikan diri untuk keluar menemui dunia, untuk sekedar melihat Ande.
Lily memberikan sebuah buku bercover merah, bertuliskan, "Andesta untuk Andeani"
Pagi ini, seperti biasa bau obat, bau khas rumah sakit menyadarkanku dari tidur lelapku malam ini, namun yang tak kusangka dipagi secerah ini, aku melihat mawar yang indah di depan mataku.
Nilo

Huaaah, ku kira ku sudah mati di tempat ini, sangat membosankan hidup disini! tapi mawar itu ada lagi, mengharumkan tubuh ini yang sudah berbau, mawar! ingin sekali ku milikimu
Nilo

Bermodalkan nekat dan sedikit semangat dari sepupuku Lily, aku akan memulai langkah ku mencari mawarku XD fighting!
Nilo 

Rasanya menyenangkan melihatmu dari jauh, aku bukan penguntit, aku hanya ingin tau tentang dirimu, apa kesukaanmu? apa tempat favoritmu? rasanya meskipun lelah, semuanya hilang saat melihatmu tersenyum
Nilo

Sekarang aku bersamamu, iya. seatap denganmu, maaf membuatmu repot mawarku, tapi aku ingin terus melihatmu.
Nilo

Sepayung dengamu, merayakan ulang tahunmu, memasak untukmu, berbelanja bersamamu, itu masih seperti tabu bagiku, tapi ini nyata, kau berada disampingku mawarku
 Nilo

Maafkan aku mawarku, aku tak bisa memberitahumu banyak hal tentang diriku, aku tak mau menyakitimu, walau aku tau aku sudah melakukannya, aku sakit, aku menyembunyikannya darimu, aku tak mau kau repot, melihat senyummu saja aku sudah bahagia, kalau kau baca buku ini mungkin aku sudah tak bisa melihat senyummu lagi, tak bisa dengar tawamu lagi, dan tak bisa kau ceramahi lagi, terimakasih karna aku sudah mengagumimu sejak awal, sejak melihatmu di rumah sakit, kau datang untuk kontrol dengan doktermu, aku mengenalnya baik, lalu aku menanyakan banyak hal tentangmu padanya, sampai rasa penasaranku menguras semuanya, aku senang ternyata kau sahabat Lily, aku tau banyak hal tentang mu darinya, maaf aku merebut meja nomor 11 mu, aku merebut buku brontosaurusmu, aku merebut setengah apartemen mu, tapi itu menyenangkan, menyukai dan mencoba semua yang kau suka, aku bahagia, sampai saatnya aku sadar bahwa aku tak bisa berlama lama seprti ini, karna akan membuatmu sakit, aku harus meninggalkanmu sebelum kau menyadarinya, sebelum kau menyadari bahwa aku mencintaimu, aku merindukanmu saat kau tak ada disampingku, tapi aku tau diri. Aku hanya akan menjadi abu abu bagimu, aku tak bisa sejelas warna lain dihidupmu, mawarku Andeani, aku sangat ingin mengucapkan selamat tinggal padamu, tapi aku tak bisa, bukan aku tak bisa, hanya aku tak mau pergi jauh darimu, aku mencintaimu
salam cinta Andesta
Nilo.
Ande terisak membaca buku itu, Ande melihat foto foto yang diambil oleh Nilo, semuanya tentang dirinya, dia sedang makan, jalan kaki, minum choco, sedang duduk, membaca buku, tidur, masak semuanya tentang Ande. Ternyata Nilo memotret semua kegiatan yang dilakuak Ande tanpa sadar.
Ande semakin terisak
"Ba..Bang..Bangun Nilo! Banguun, ini aku Ande, Nilo, a..aku, aku cuma mau bilang aku..ci..cinta..sasm..sama kamu.uu! Bangun Nilo! Aku bahkan belom ngucapin Happy Birthday buat kamu! kemaren kamu ulang tahun kan? yuk kita rayain bareng, aku yang traktir deh, aku bawa kamu ke taman ria mau ga? naik orsel lagi?"
Nilo meneteskan air matanya, meski tak sadar, Nilo masih bisa mendengar suara Ande.
"Nilo..terimakasih karna kamu udah cinta sama aku, kamu ga perlu hawatir, aku bisa jaga diri kok, aku janji bakal baik baik aja" Ande menahan sedikit isakan tangisnya.
"Tiiiiiiiiiiiit........" Nilo meninggal
Ande menangis sejadi jadinya, Lily pun lemas tak berdaya, melihat sepupunya sudah tiada.
                                                                      ***
Ande pun tersadar dari lamunannya, dia meminum choco hot chipsnya lagi, dia rasakan dalam dalam, meja nomor 11, kenangan dan wangi parfum Nilo masih tercium, sama seperti satu tahun yang lalu, saat Nilo merebut meja ini dan saat mereka berdua duduk bersama di meja ini.
Sekarang Ande lebih tegar, dia berjanji untuk tetap tersenyum demi Nilo, laki laki yang pernah ia cintai.
Aku tegar Nilo, untuk kamu, aku ga bakal lupain kamu, semuanya semua kenangan kita meski ada Banyu yang sekarang duduk di hadapanku. Mungkin kamu ga sejelas Banyu, tapi Banyu ga secerah kamu yang ngewarnain hidup aku.
Andeani untuk Andesta.
**END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH : AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH (TUGAS METODOLOGI STUDI ISLAM)

TAREKAT : PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

MAKALAH : MADZHAB FIQH