PENGERTIAN EPISTIMOLOGI ISLAM
PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM
TUGAS TERSTRUKTUR
Diajukan untuk memenuhi mata
kuliah METODOLOGI STUDI ISLAM
Dosen:Wardah Nuroniyah, SHI,
MSI
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2015
PENGERTIAN
ESTIMOLOGI DAN AL-ISLAM
Secara estimologi,
kata “epistemologi”berasal dari bahasa yunani”episteme” dan “logos”. “Episteme”
berarti pengetahuan sedangkan “logos”
berarti teori, uraian, atau alasan. Jadi
epistemologi berarti sebuah teori tentang pengetahuan. Dalam bahasa inggris dikenal
dengan istilah “Theori Of Knowledge “.
Secara
terminologi , menurut Dagobert D. Runes dalam bukunya “Dictionary Of
Philosophy” mengatakan bahwa “Epistemologi
sebagai cabang filsafat yang menyelidiki tentang keaslian pengertian,
struktur, mode, dan validitas pengetahuan.
Menurut Harun
Nasution dalam bukunya “Filsafat Agama” mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan
epistemologi adalah “Ilmu yang membahas apa pengetahuan itu dan bagaimana
memeperolehnya”.
Fudyartanto
mengatakan bahwa epistemologi berarti ilmu filsafat tentang pengetahuan atau
dengan kata lain filsafat pengetahuan. Rumusan lain diberikan oleh Anton Suhono
mengatakan bahwa epistemologi adalah teori mengenai refleksi manusia atas
kenyataan.
Menurut The
Liang Gie, epistemologi adalah sebagai cabang filsafat yang bersangkutan dengan
sifat dasar dan ruang lingkup pengetahuan, pra anggapan-pra anggapan dan
dasar-dasarnya serta reabilitas umum dari tuntutan akan pengetahuan.
Dari definisi
diatas dapat dipahami bahwa epistemologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari
hal-hal yang bersangkutan dengan pengetahuan dan dipelajari secara substantif.
Hal ini selaras dengan definisi epistemologi yang terdapat didalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, epistemologi adalah: “Cabang ilmu filsafat tentang
dasar-dasar dan batas-batas pengetahuan”.
Oleh karena itu, epistemologi
bersangkutan dengan masalah-masalah yang meliputi :
1. Filsafat, yaitu
sebagai cabang ilmu dalam mencari hakikat dan kebenaran pengetahuan.
2. Metode, memiliki
tujuan untuk mengantarkan manusia mencapai pengetahuan.
3. Sistem,
bertujuan memperoleh realitas kebenaranpengetahuan.
Secara etimologis
dan menurut Al-Quran, al-Islam berarti penyerahan diri dan kepatuhan. Allah swt
berfirman :
“Maka apakah mereka mencari agama
Allah, padahal hanya kepada-Nya menyerahkan diri segala yang dilangit dan
dibumi, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada Allah mereka
dikembalikan”. (Q.S.
3 Al Imran : 83)
Kemudian kata
al-Islam di gunakan di dalam al-Quran sebagai nama agama dan tatanan kehidupan
yang di bawa oleh Muhammad saw, dari Allah. Allah menjelaskan, bahwa barang
siapa membuat atau mengikuti selain agama-Nya, meskipun itu agama samawi yang
dahulu, maka Allah tidak akan menerimanya.
“Sesungguhnya Agama (yang diridlai) di
sisi Allah adalah Islam....” (Q.S. 3 Ali Imran : 19)
“... Pada hari ini tellah Ku-sempurnakan
untuk kalian agama kalain dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan
telah kuridlai Islam jadi agama bagi kalian...” (Q.S. 5 AL Maidah : 3 )
“Barang siapa yang mencari agama
lain selain Agama Islam, maka sekali-kali tidak akan di terima ( gama itu)
darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S. 3 Ali ‘imran : 85 )
Allah swt. telah menyatukan lafadh
ad-Din dengan al-Islam di dalam firman-Nya berikut :
Katakanlah, “Sesungguhnya
aku di perintahknan supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama, dan aku di perintahkan supaya menjadi
orang-orang pertama-tama berserah diri.”
(Q.S. 39 Az-Zumar : 11-12)
Jadi,
Islam adalah tatanan Ilahi yang selain di jadikan oleh Allah sebagai penutup
segala syari’at, juga sebagai sebuah tatanan kehidupan yang paripurna dan
meliputi seluruh aspeknya . Allah telah meridlai islam untuk menata hubungan
anatara manusia dengan al-Khalik, alam, makhluk, dunia, akhirat, masyarakat ,
istri, anak, pemerintah dan rakyat. Juga untuk menata seluruh hubungan yang di
butuhkan oleh manusia. Penataan ini didasarkan atas ketaatan dan keikhlasan beribadah
kepada Allah semata, serta pelaksanaan segala yang dibawa oleh Rasulullah saw.
SUMBER PENGETAHUAN
Wahyu
Wahyu
berasal dari bahasa arab al-wahy, artinya suara, api, dan kecepatan. Disamping
itu, wahyu mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan, dan kitab.
Wahyu
merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia. Pengetahuan
ini disampaikan oleh nabi-nabi yang di utusnya sepanjang zaman. Agama merupakan
pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman,
namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat trasendental seperti latar
belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti. Pengetahuan ini
di dasarkan pada kepercayaan akan hal-hal gaib (supranatural). Kepercayaan
kepada tuhan yang merupakan sumber pengetahuan, kepercayaan sebagai nabi
sebagai perantara dan kepercayaan terhadap wahyu sebagai cara penyampaian,
merupakan dasar dari pengetahuan ini. Kepercayaan adalah titik tolak dalam
agama. Suatu pernyataan harus dipercaya dulu untuk dapat diterima, pernyataan
ini selanjutnya bisa saja dikaji dengan metode lain.
Akal
Dalam
pandangan islam akal manusia mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi, hal ini
dapat di lihat dari ayat-ayat al quran. Pengetahuan lewat akal disebut
pengetahuan ‘aqli’ , akal dengan indra dalam
kaitan ilmu pengetahuan satu debngan yang lain tidak dipisahkan dengan
tajam, bahkan sering berhubungan.
Dalam
pandangan islam, akal mempunyai pengertian tersendiridan berbeda dengan
pengertian pada umumnya. Dalam pengertian islam, akal berbeda dengan otak, akal
dalam pandangan islam bukan otak, melainkan daya pikir yang terdapat dalam jiwa
manusia.
Akal
dalam islam merupakan tiga unsur, yakni : pikiran, perasaan, dan kemauan. Dalam
pengertian biasanya pikiran terdapat pada
otak, sedangkan perasaan terdapat pada indra, dan kemauan terdapat pada
jiwa.Tiga unsur tersebut satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan. Apabila
satu diantaranya pisah maka tidak lagi berfungsi sebagai akal.
Rasa
Rasa merupakan daya yang peting dalam
pengetahuan manusia. Karena begitu pentingnya, ini anggap atau dityakini
sebagai satu-satunya tolak ukur pengetahuan, pandangan inilah yang disebut
sebagai empirisisme. Dalam epistimologi islam, fakultas indriawi terdiri dari
dua bnetu, yaitu panca indra lahir dan panca indra batin.
Panca indra
lahir terdiri dari lima dimensi, yaitu :
1.
Pendengaran ( audio)
2.
Penglihatan ( visual)
3.
Rasa
4.
Pencium
5.
Peraba
KRITERIA
KEBENARAN DALAM EPISTIMOLOGI ISLAM
Diantara kriteria yang di penuhi
adalah :
1. Berdasarkan
fakta
2. Bebas dari
prasangka
3. Menggunakan
prinsip-prinsip analisis
4. Menggunakan
hipotesa
5. Mengunakan ukuran yang objektif
6. Menggunakan
teknik kuantifikasi
Pandangan Islam
akan ukuran kebenaran menunjukkan kepada landasan keimanan dan keyakinan
terhadap keadilan yang bersumber pada Al-Qur’an. Sebagaiman yang diutarakan
oleh Fazrur Rahman : Bahwa semangat dasar dari Al-Qur’an adalah semangat moral,
ide-ide keadilan sosial dan ekonomi. Hukum moral adalah abadi, Ia adalah
“perintah Allah”. Manusia tak dapat
membuat atau memusnahkan hokum moral : ia harus menyerahkan diri
kepadannya.
Pernyataan ini
dinamakan Islam dan implementasinnya dalam kehidupan disebut ibadah atau
pengabdiaan kepada Allah. Tetapi hukum moral dan nilai-nilai spiritual, untuk
bisa dilaksanakan haruslah diketahui
kajian epistimologi Islam dijumpai
beberapa teori tentang kebenaran :
Teori Korespondensi
Menurut teori
ini suatu posisi atau pengertian itu benar adalah apabila terdapat suatu fakta
bersesuaian, yang beralasan dengan realistis, yang serasi dengan situasi
aktual, maka kebenaran adalah sesuai dengan fakta dan sesuatu yang selaras
dengan situasi akal.
Teori Konsistensi
Menurut teori
ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan suatu
yang lain yaitu fakta atau realistis, tetapi atas hubungan antara
putusan-putusan itu sendiri. Dengan kata lain, kebenaran ditegakkan atas
hubungan antara putusan-putusan yang baik dengan putusan lainnya. Yang telah
kita ketahui dan diakui benar terlebih dahulu, jadi sesuatu itu benar jika
hubungan itu saling berkaitan dengan kebenaran sebelumnya.
Teori Prakmatis
Teori ini mengemukakan benar
tidaknya suatu ucapan, dalil atau semata-mata tergantung kepada berfaedah
tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk berfaedah dalam
kehidupannya.
PERANAN DAN FUNGSI PENGETAHUAN DALAM ISLAM
Fungsi pengetahuan dalam Islam
disini dapat menjadi inspirasi dan pemberi kekuatan mental yang akan menjadi
bentuk moral yang mengawasi segala tingkah laku dan petunjuk jalan hidupnya
serta menjadi obat anti penyakit gangguan jiwa.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pengetahuan dalam
islam adalah:
1.
Membuktikan secara otentik sumber dasar, pokok- pokok dan
prinsip-prinsip ajaran islam sebagai wahyu dari Allah yang tertuang dalam
Al-Qur’an.
2.
Memberikan penjelasan, contoh dan teladan pelaksanaan Agama Islam
secara operational dalam sosial budaya umatnya, yang kemudian di kenal dengan
sebutan as-sunnah/al-hadist.
3.
Memberikan cara atau metode untuk mengembangkan ajaran Islam secara
terpadu dalam kehidupan sosial budaya umat manusia sepanjang sejarah dengan
sistem ijtihad.
Secara rinci dapat digambarkan empat fungsi ilmu pengetahuan Islam
:
a.
Fungsi deskriptif yaitu menggamarkan/melukiskan dan memaparkan
suatu masalah sehingga mudah dipelajari.
b.
Fungsi pengembangan yaitu melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan
menemuka hasil penemuan yang baru.
c.
Fungsi prediksi yaitu meramalkan kejadian-kejadian yang besar
kemungkinan terjadi sehingga manusia dapat mengambil tindakan-tindakan yang
perlu usaha menghadapi.
d.
Fungsi kontrol yaitu berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa
yang tidak dikehendaki.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Arief Amai,Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:
Ciputat Pers, 2002
·
An Nahlawi Abdurrahman, Prinsip-Prinsip Dan Metoda,Bandung: CV.
Diponegoro, 1996
·
Daud Ali Mohammad, Pendidikan
Agama Islam,Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2010
·
Sulaiman Al hamid Abu,Permasalahan
Metodologis dalam Pemikiran Islam, Jakarta: Media Dakwah, 1994
·
Sulaiman Al hamid Abu,Permasalahan
Metodologis dalam Pemikiran Islam, Jakarta: Media Dakwah, 1994
·
Juhaya S. Praja, Filsafat dan
Metodologi Ilmu dalam Islam, Jaksel: Teraju, 2002
·
Rosihan Anwar, Pengantar Studi
Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009
Komentar
Posting Komentar