RINGKAYAN MATERI EYD
TUGAS TERSTRUKTUR
RINGKASAN MATERI EYD
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Bahasa
Indonesia
Dosen: Dra. Tati Sri Uswati, M. Pd
Disusun oleh Kelompok I
ATIEQ FAUZIATI 1415203018
ALEN SITI NURFAUZIAH 1415203009
CICIK ZAKIYATUR ROSYIDAH 1415203025
DARIN HERAWATI 1415203027
DELA NURMALASARI 1415203029
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH
NURJATI
CIREBON
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Pertama-tama
kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat dan hidayahNya lah kami dari kelompok 1 dapat menyelesaikan resume
tentang Ringkasan Materi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) ini.
Makalah ini merupakan hasil diskusi kelompok
untuk sebagai tugas kami dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih
kepada dosen pengasuh mata kuliah Bahasa Indonesia yaitu ibu Tati Sri Uswati,
M. Pd. yang telah memberikan kami kesempatan untuk membuat resume ini.Akhirnya
kami menyadari bahwa resume yang kami buat ini semata-mata tak luput dari
kesalahan maka dari itu kami bersedia menerima kritikan dan masukan bagi yang
membacanya.
Cirebon,
September 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR
ISI........................................................................................................... ii
BAB
I PEMBAHASAN....................................................................................... 1
1.1 Sejarah Perkembangan EYD....................................................................... 1
1.2
Pemakaian Huruf Kapital............................................................................ 2
1.3
Pemakaian Huruf Miring…………………………………………………... 3
1.4 Penulisan Kata............................................................................................. 4
1.5 Penulisan Kata Serapan................................................................................. 6
1.6 Pemakaian Tanda Baca............................................................................... 8
1.7 Akronim
dan Singkatan………………………………………………….. 16
1.8
Pembentukan Istilah……………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 28
BAB
I
PEMBAHASAN
1.1 Sejarah Perkembangan EYD
1.
Ejaan van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan
huruf latin, yang disebut Ejaan van
Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh
Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut.
1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang,
pajah, sajang.
2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe,
itoe, oemoer.
3. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda
trema, untuk menuliskan kata-katama’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.
2. Ejaan
Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi
diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat
diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan
dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut.
1. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru,
itu, umur.
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan
k, seperti pada kata-kata tak, pak,maklum, rakjat.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2,
seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.4. Awalan di- dan kata depan di
kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata
depan di- pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis,
dikarang.
3. Ejaan
Melindo
Pada akhir 1959 sidang putusan Indonesia dan
Melayu (Slamet mulyana-Syeh Nasir bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan
bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan
itu.
4. Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik
Indonesia meresmikan pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu
1.2 Pemakaian
Huruf Kapital
A.
Pemakaian Huruf Kapital
1.
|
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama
kata pada awal kalimat.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
|
|||||||||||||||||
2.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita
pulang?"
"Kemarin engkau terlambat,"
katanya.
|
|||||||||||||||||
4.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
|
|||||||||||||||||
5.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan
dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama
orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Profesor Supomo
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
|
|||||||||||||||||
8.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
|||||||||||||||||
13.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata
(termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat
kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang,
dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata".
|
|||||||||||||||||
14.
|
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan
nama gelar, pangkat, dan sapaan.
|
||||||||||||||||
Misalnya:
|
1.3
Pemakaian Huruf Miring
A. Pemakaian Huruf Miring
1.
|
Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan.
|
Misalnya:
majalah Bahasa
dan Kesusastraan
buku Negarakertagama karangan
Prapanca
surat kabar Suara
Karya
Menegaskan
atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata
Contoh:
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf besar
Buatlah kalimat dengan kata lepas tangan
Huruf pertama dalam kata abjad adalah a
|
|
3.
|
Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali
yang telah disesuaikan ejaannya.
|
Misalnya:
Nama ilmiah buah
manggis ialah Carcinia mangostana.
Politik divide
et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain
diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.
|
|
1.4 Penulisan
Kata Dasar
A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
|
Misalnya:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
|
B.
Kata Turunan
1.
|
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan
kata dasarnya.
|
||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
bergeletar
dikelola
penetapan
menengok
mempermainkan
|
|||||||||||||||||||||||||||
2.
|
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
|
||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
bertepuk
tangan
garis
bawahi
menganak
sungai
sebar
luaskan
|
|||||||||||||||||||||||||||
4.
|
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
|
||||||||||||||||||||||||||
Misalnya:
|
C. Kata
Ulang
1. Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung.
|
Misalnya:
anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati,
undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia,
gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur,
centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan,
dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar,
hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra
|
D. Gabungan
Kata
1.
|
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
|
Misalnya:
duta besar, kambing hitam, kereta api cepat luar biasa, mata
pelajaran, meja tulis, model linear, orang tua, persegi panjang, rumah sakit
umum, simpang empat.
|
|
2.
|
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin
menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
|
Misalnya:
alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda
|
|
3.
|
Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
|
Misalnya:
acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah,
astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa,
belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita,
halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa, kilometer,
manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paramasastra,
peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan, saripati,
sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela,
sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam
|
E. Kata Ganti ku, kau,
mu dan nya
1.
Kata ganti ku dan kau ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu,
dan nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan
di perpustakaan.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
1.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Kain itu
terletak di dalam lemari.
Bermalam sajalah di sini.
Di mana Siti sekarang?
Mereka ada di rumah.
Ia ikut terjun ke tengah
kancah perjuangan.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini
ditulis serangkai.
Si Amin lebih tua daripada si
Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
1.5 Penulisan Kata
Serapan
Dalam perkembangannya,
bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai
bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti
Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Contoh kata-kata yang diserap dari
bahasa Belanda :
1. Advokat (Advocaat),
2. Brankas (Brandkast),
3. Demokrasi (Demokratie),
4. Eksemplar (Exemplaar), dan lain-lain.
Setelah bahasa Belanda, yang menempati peringkat kedua dalam penyerapan kata-katanya adalah bahasa Inggris. Jumlah kata yang diserap dari bahasa Inggris adalah sebanyak 1.610 kata.
Contoh kata-kata yang diserap dari bahasa Inggris :
1. Aktor (Actor),
2. Aktris (Actress),
3. Bisnis (Business),
4. Departemen (Department), dan lain-lain.
1. Advokat (Advocaat),
2. Brankas (Brandkast),
3. Demokrasi (Demokratie),
4. Eksemplar (Exemplaar), dan lain-lain.
Setelah bahasa Belanda, yang menempati peringkat kedua dalam penyerapan kata-katanya adalah bahasa Inggris. Jumlah kata yang diserap dari bahasa Inggris adalah sebanyak 1.610 kata.
Contoh kata-kata yang diserap dari bahasa Inggris :
1. Aktor (Actor),
2. Aktris (Actress),
3. Bisnis (Business),
4. Departemen (Department), dan lain-lain.
Berdasarkan referensi, jumlah kata yang
diserap dari berbagai bahasa antara lain :
1. Bahasa Arab (1.495 kata)
2. Bahasa Sansekerta atau jawa kuno (677 kata)
3. Bahasa Cina (290 kata)
4. Bahasa Portugis (131 kata)
5. Bahasa Tamil (83 kata)
6. Bahasa Parsi (63 kata)
7. Bahasa Hindi (7 kata)
1. Bahasa Arab (1.495 kata)
2. Bahasa Sansekerta atau jawa kuno (677 kata)
3. Bahasa Cina (290 kata)
4. Bahasa Portugis (131 kata)
5. Bahasa Tamil (83 kata)
6. Bahasa Parsi (63 kata)
7. Bahasa Hindi (7 kata)
Kata – kata serapan itu masuk ke dalam
bahasa Indonesia dengan empat cara yang lazim ditempuh yaitu adopsi , adaptasi,
penerjemahan, dan kreasi.
1. Cara Adopsi
Cara adopsi terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu secara keseluruhan.
Contoh :
1. Supermarket.
2. Plaza.
3. Mall.
4. Hotdog.
5. Impeachment.
2. Cara Adaptasi
Cara adaptasi terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
Contoh :
1. Option = Opsi.
2. Provocateur = Provokator.
3. Conspiracy = Konspirasi.
4. Reformation = Reformasi.
5. Pluralization = Pluralisasi.
6. Acceptability = Akseptabilitas.
7. Maximal = Maksimal.
8. Cadeu = Kado.
3. Cara Penerjemahan
Cara ini terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut diberi padanan dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
1. Overlap = Tumpang-tindih.
2. Acceleration = Percepatan.
3. Pilot Project = Proyek rintisan.
4. Try Out = Uji coba.
1. Cara Adopsi
Cara adopsi terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu secara keseluruhan.
Contoh :
1. Supermarket.
2. Plaza.
3. Mall.
4. Hotdog.
5. Impeachment.
2. Cara Adaptasi
Cara adaptasi terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia.
Contoh :
1. Option = Opsi.
2. Provocateur = Provokator.
3. Conspiracy = Konspirasi.
4. Reformation = Reformasi.
5. Pluralization = Pluralisasi.
6. Acceptability = Akseptabilitas.
7. Maximal = Maksimal.
8. Cadeu = Kado.
3. Cara Penerjemahan
Cara ini terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, kemudian kata tersebut diberi padanan dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
1. Overlap = Tumpang-tindih.
2. Acceleration = Percepatan.
3. Pilot Project = Proyek rintisan.
4. Try Out = Uji coba.
4. Cara Kreasi
Cara ini terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa sumbernya, kemudian dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
1. Effective = Berhasil guna.
2. Shuttle = Ulang alik.
3. Spare part = Suku cadang.
Cara ini terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa sumbernya, kemudian dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
1. Effective = Berhasil guna.
2. Shuttle = Ulang alik.
3. Spare part = Suku cadang.
1.6 Pemakaian Tanda Baca
A. Tanda Titik (.)
|
|
B. Tanda Koma (,)
Tanda koma dipakai di antara
unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
|
Misalnya:
Saya
membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat
biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
Satu,
dua, ... tiga!
|
|
2.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
|
Misalnya:
Saya
ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi
bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
|
|
4.
|
Tanda koma dipakai di belakang
kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat.
Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula,meskipun begitu, akan tetapi.
|
Misalnya:
... Oleh
karena itu, kita harus berhati-hati.
... Jadi,
soalnya tidak semudah itu.
|
|
5.
|
Tanda koma dipakai untuk
memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari
kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
|
Misalnya:
O,
begitu?
Wah,
bukan main!
Hati-hati, ya,
nanti jatuh.
|
|
7.
|
Tanda koma dipakai di antara
(i) nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. |
Misalnya:
Surat-surat
ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr.
Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Surabaya,
10 mei 1960
Kuala
Lumpur, Malaysia
|
|
8.
|
Tanda koma dipakai untuk menceraikan
bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
|
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir.
1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta:
PT Pustaka Rakjat.
|
|
9.
|
Tanda koma dipakai di antara
bagian-bagian dalam catatan kaki.
|
Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa
Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967),
hlm. 4.
|
|
10.
|
Tanda koma dipakai di antara nama
orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
|
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
|
|
11.
|
Tanda koma dipakai di muka angka
persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
|
Misalnya:
12,5 m
Rp12,50
|
|
13.
|
Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari
salah baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
|
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi
mengucapkan terima kasih.
|
|
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima kasih
atas bantuan Agus.
|
C. Tanda
Titik Koma (;)
1)
Tanda titik koma sebagai pengganti kata pengubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah
mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal
nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran
"Pilihan Pendengar".
D. Tanda
Titik Dua (:)
1) Tanda
titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian
atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi,
meja, dan lemari.
Hanya
ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
2)
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya:
3) Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks
drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
4)
Tanda titik dua dipakai (i) diantara jilid atau nomer dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak
judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
karangan.
E. Tanda
Hubung
1) Tanda hubung menyambung suku-suku kata
dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan alat pertahan-
an yang
canggih.
2) Tanda
hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran
dengan bagian kata didepannya pada pergantian baris.
3)
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
4)
Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tunggal.
5) Tanda
hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian kata atau ungkapan
dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
6) Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan
rangkap.
7) Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
Asing.
F. Tanda
Pisah (-)
1) Tanda
pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangunan kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan
bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri
2) Tanda
pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian
temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah
mengubah persepsi kita tentang alam semesta.
3) Tanda
pisah dipakai diantara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai ke’
atau ‘sampai dengan’.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini
juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita tentang alam semesta.
1910—1945
tanggal 5—10 April 1970
Jakarta—Bandung
G. Tanda
Elipsis (…)
1)
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau
begitu ... ya, marilah kita bergerak.
2) Tanda
elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab
kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut
H. Tanda
Tanya (?)
1) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat
tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara
tahu, bukan?
2) Tanda
tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya
sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
I. Tanda
seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau
pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah
seramnya peristiwa itu!
Bersihkan
kamar itu sekarang juga!
Masakan!
Sampai hati juga ia meninggalkan anak-istrinya!
J. Tanda
kurung ((…))
1)
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Bagian
Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2) Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya:
1. Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama
tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
2. Keterangan itu (lihat Tabel 10)
menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
3)
Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Misalnya:
1. Kata cocaine diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
2. Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4) Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor
produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
K. Tanda
kurung siku ([…])
1)
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2) Tanda
kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Misalnya:
Persamaan
kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman
35–38]) perlu dibentangkan di sini.
L. Tanda
Petik (“…”)
1)
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
1. "Saya belum siap," kata Mira,
"tunggu sebentar!"
2. Pasal 36 UUD 1945 berbunyi,
"Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
2)
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Misalnya:
1. Bacalah
"Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
2. Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor
dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
3. Sajak "Berdiri Aku"
terdapat pada halaman 5 buku itu.
3) Tanda
petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus.
4)
Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
5) Tanda
baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
kalimat atau bagian kalimat.
M.
Tanda Petik Tunggal ('...')
1)
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain.
Misalnya:
feed-back 'balikan'
N. Tanda
Garis Miring (/)
1) Tanda
garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
tahun
anggaran
Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
1985/1986
2) Tanda garis miring dipakai sebagai
pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
O. Tanda
Penyingkat (Apostrof) (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian
kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
1.7 Akronim
dan Singkatan
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu huruf atau lebih. Sedangkan akronim, ialah singkatan yang
berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Khusus untuk pembentukan akronim, hendaknya memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengn mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim. Pedoman pembentukan singkatan dan akronim diatur dalam Keputusan Mendikbud RI Nomor 0543a/U/198, tanggal 9 September 1987 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
1. Singkatan
A. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan,
jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya : Muh. Yamin Suman Hs. M.B.A. (master of business administration) M.Sc. (master of science) S.Pd. (Sarjana Pendidikan) Bpk. (bapak) Sdr. (saudara) Kol. (Kolonel)
B. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang
terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti
tanda titik.
Misalnya : MPR (Majelis Perwakilan Rakyat) PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) KTP (Kartu Tanda Penduduk)
C. Singkatan umum yang terdiri atas tiga
huruf atau lebih diikuti satu titik.
Mislnya : dsb. (dan sebagainya) hlm. (halaman) sda. (sama dengan atas)
D. Singkatan umum yang terdiri atas dua
huruf, setiap huruf diikuti titik.
Mislnya : a.n. (atas nama) d.a. (dengan alamat) u.b. (untuk beliau) u.p. (untuk perhatian)
E. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran,
takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya : Cu (kuprum) cm (sentimeter) l (liter) kg (kilogram) Rp (rupiah)
2. Akronim
Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata yang dapat ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar.
A. Akronim nama diri yang berupa gabungan
huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya : ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) LAN (Lembaga Administrasi Negara) SIM (surat izin mengemudi)
B. Akronim nama diri yang berupa gabungan
suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan
huruf awal huruf kapital.
Misalnya: Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Sespa (Sekolah Staf Pimpinan Administrasi) Pramuka (Praja Muda Karana)
C. Akronim yang buka nama diri yang berupa
gabungan, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.
Misalnya: pemilu( pemilihan umum) rapim (rapat pimpinan) rudal (peluru kendali) tilang (bukti pelanggaran) Sembilan pola Akronim dan Singkatan 1. Pola Pertama Singkatan ini terdiri atas huruf besar. Huruf besar yang dijadikan pola singkatan tersebut adalah huruf-huruf awal kata. Singkatan seperti ini adalah singkatan yang umum dipakai baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa asing. Pada singkatan jenis ini tidak diperlukan tanda titik, misalnya KKN (Kuliah Kerja Nyata), PT (Perusahaan Terbatas). 2. Pola Kedua Pola kedua adalah akronim yang unsur-unsurnya terdiri atas huruf-huruf besar. Huruf-huruf besar yang membentuknya terdiri atas huruf-huruf awal kata yang membentuknya, misalnya ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), LAN (Lembaga Administrasi Negara), ASI (Air Susu Ibu). 3. Pola Ketiga Pola ketiga adalah singkatan yang terdiri atas huruf-huruf kecil. Singkatan tersebut berasal dari huruf-huruf awal kata. Dalam pembentukannya kita harus menggunakan tanda titik di antara huruf-huruf pembentuk singkatan itu, misalnya: a.n. (atas nama), u.b. (untuk beliau), u.p. (untuk perhatian). 4. Pola Keempat Pola keempat adalah singkatan yang terdiri atas huruf–huruf kecil, yang dibentuk dari huruf awal kata yang membentuknya. Singkatan itu terdiri atas tiga huruf kecil dan dibubuhi tanda titik pada akhir singkatan, misalnya dll. (dan lain-lain), dsb. (dan sebagainya). 5. Pola Kelima Pola kelima adalah singkatan yang berupa akronim dari nama badan atau nama diri. Singkatan ini terdiri atas huruf-huruf bagian kata yang membentuk singkatan itu, bukan hanya huruf awal kata. Singkatan ini dilafalkan sebagai sebuah kata, sehingga kita sebut akronim. Huruf awal akronim harus ditulis dengan huruf besar, misalnya: Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). 6. Pola Keenam Akronim pada pola keenam ini adalah akronim yang seluruhnya ditulis dengan huruf kecil, misalnya: tilang (bukti pelanggaran), rudal (peluru kendali). 7. Pola Ketujuh Pola ketujuh adalah singkatan pada gelar kesarjanaan dan sapaan. Singkatan pada pola ketujuh ini merupakan singkatan yang khusus karena wujudnya dapat berupa singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata dan dapat pula berbentuk akronnim seperti pola kelima. Yang membedakannya adalah pada pola ketujuh ada penggunaan tanda baca titik. Singkatan pada pola ketujuh ini menggunakan tanda titik pada setiap huruf besar hasil singkatan, misalnya S.H. (Sarjana Hukum), M.Hum (Magister Humaniora). 8. Pola Kedelapan Pola kedelapan adalah pola singkatan yang berhubungan dengan lambang kimia, ukuran, takaran, timbangan, dan besaran.Singkatan pada pola ini tidak dibenarkan untuk menggunakan tanda titik, misalnya Rp (rupiah), cm (sentimeter), kg (kilogram). 9. Pola Kesembilan Singkatan yang termasuk dalam pola kesembilan ini disebut sebagai “bentuk singkat”. Sebagian besar kata-kata berasal dari bahasa asing. Dalam bentuk singkat ini tidak diperlukan tanda titik, misalnya lab (laboratorium), Café (cafetaria), memo (memorandum). Pemakaian Singkatan dan Akronim pada Sarana Chatting di Internet dan SMS
Singkatan pada media Chatting dan SMS hampir
serupa. Di internet percakapan dilakukan secara global. Pada awalnya pemakai
tidak mengetahui identitas seseorang secara pasti. Hal ini dimungkinkan
karena pemakai dapat menggunakan berbagai identitas yang berbeda. Selain itu,
pemakai tidak mengetahui siapa yang dituju sebelum lawan bicara kita memberi
data pribadinya dengan jelas. Karena bersifat global, bahasa yang digunakan
tidak hanya menggunakan bahasa Indonesia.
Bahasa Inggris yang merupakan bahasa pergaulan internasional menjadi bahasa yang mau tidak mau harus dimengerti oleh pemakai dunia chatting. Oleh karena itu, pemakai sarana percakapan ini harus orang yang multibahasa. Apalagi, jika si pemakai mencoba untuk memasuki wilayah dengan bahasa yang berbeda. Cara memasuki kelompok bahasa yang berbeda ini akan mudah didapat jika masuk ke ruangan (room) yang disediakan untuk berinteraksi. Keanekaragam ruangan dapat dilihat dari wilayah, jenis keperluan (komputer dan internet, keagamaan, dll). Wilayah (regional) dapat dimulai dari negara yang dituju, contohnya ruangan dengan wilayah (regional) Indonesia. Indonesia terbagi atas beberapa ruangan, misalnya Jakarta Global Chat, Nusantara Global Chat, Bandung, Bali, Jogja. Tiap kota mempunyai channel untuk memudahkan memilih lokasi, tujuan, dan lawan bicaranya. Pengguna sarana chatting ini dengan mudah masuk ke negara lain untuk mengetahui bahasa, adat, dan budaya. Untuk masuk ke wilayah lain, pemakai harus menguasai bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional. Dalam SMS pengguna sudah mengetahui siapa orang yang dituju, sehingga bahasa yang akan digunakan pun sudah dapat diketahui, termasuk dalam pemakaian ragam bahasa. Jika akan meng-SMS seseorang yang kedudukannya lebih tinggi, tentu saja ragam bahasa yang dipergunakan cenderung yang resmi dan santun. Berbeda apabila kita akan berkomunikasi SMS dengan teman sebaya, bahasa yang dipergunakan cenderung santai dan tidak resmi.
1.8 Pembentukan Istilah
1.
Definisi istilah
Istilah
adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep,
proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu dan memberikan
suatu pengertian.
2.
1. Tata Istilah dan Tata Nama
Tata istilah ialah perangkat peraturan pembentukan
istilah dan kumpulan istilah yang dihasilkannya. Tata nama istilah ialah
perangkat peraturan penamaan beberapa cabang ilmu seperti kimia, dan biologi
beserta kumpulan nama yang dihasilkannya.
3.
2. Istilah Umum dan Istilah Khusus
Istilah
umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu
yang karena dipakai secara luas menjadi unsure kosakata umum.
Istilah
khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang
tertentu saja.
4. 3. Persyaratan yang Baik dalam Istilah
Ada beberapa persyaratan dalam pemanfaatan kosakata
bahasa Indonesia:
a. Istilah
yang dipilih tidak menyimpang dari makna dan harus mengungkapkan konsep yang
sesuai yang dimaksud.
b. Istilah
yang dipilih harus singkat diantara pilihan yang tersedia yang mempunyai
rujukan sama.
c.
Istilah yang dipilih mempunyai nilai rasa (konotasi)
baik.
d.
Istilah yang dipilih sedap didengar atau eufonik.
e.
Istilah yang dipilih harus sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
B.
4. Proses
pembentukan istilah
1. A. Konsep ilmu pengetahuan dan
peristilahannya
Upaya pada ilmuan terus berlanjut dalam menciptakan
dan menghasilkan konsep peristilahan, meskipun belum sesempurna seperti yang
diharapkan. Memang ada yang sudah mapan namun ada yang perlu diperbaharui,
kemungkinan bahwa para iluan Indonesia akan mencetuskan konsep ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang sama sekali baru sehingga akan
diperlukan penciptaan istilah baru.
2. B. Bahan baku istilah Indonesia
Bahan istilah Indonesia diambil dari berbagai
sumber, terutama dari tiga golongan bahasa yang penting, yakni:
1) Bahasa
Indonesia, termasuk unsure serapannya, dan bahasa melayu.
2) Bahsa
nusantara yang serumpun, termasuk bahasa jawa kuno.
3) Bahasa
asing, seperti bahasa inggris dan bahasa arab.
C.
C. Pemadanan
istilah
Pemadanan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia dilakukan
lewat penerjemahan, penyerapan, atau gabungan pene danrjemahan dan penerapan.
1. Penerjemahan langsung
Terjemahan sesuai makna tetapi bentuknya tidak
sepadan.
Contoh:
Supermarket – pasar swalayan
Merger – gabungan usaha
2. Ada beberapa pedoman dalam
pembentukan istilah lewat penerjemahan
a. Penerjemahan tidak harus berasas
satu kata diterjemahkan dengan satu kata terjemahannya.
Contohnya:
Psikologis
– ahli psikologis
Medical
practitioner – dokter
b.
Istilah
asing yang positif diterjemahkan dalam bentuk positif dan juga sebaliknya.
Contohnya:
Inorganic
– takorganik
Bound
form- bentuk terikat
c.
Kelas kata
istilah asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya dipertahankan pada istilah terjemahannya.
Contohnya:
Merger
(nomina) – gabungan usaha (nomina)
Transparan
(adjektiva) – bening (adjektiva)
d. Istilah yang berbentuk prular,
pemarkah kejamakannya ditanggalkan pada istilah Indonesia.
Contohnya:
Alumni –
lulusan
Master of
ceremonies – pembawa acara
e.
Perekaan
dalam penerjemahan
Adakalanya
upaya pemadanan isrilah asing perlu dilakukan dengan istilah baru.
Contohnya:
Pemadanan catering
menjadi jasa boga.
3.
D. Penyerapan
istilah
Penyerpan
istilah asing dilakukan berdasarkan hal-hal berikut :
a. Adanya ketersalin antara bahasa asing
dan bahasa Indonesia secara timbal balik ( intertrnslatability ) mengingat
keperluan masa depan.
b. Mempermudah pemahaman teks asing
karena dikenal lebih dahulu.
c. Istilah
asing lebih ringakas jika dibandingkan dengan terjemahan indonesianya.
d. Mempermudah
kesepakatan antarpakar jika padanan terjemahannya terlalu banyak sinonimnya.
e.
Istilah asing yang tidak mengandung konotasi buruk
dan harus tepat dan benar.
4.
1. Proses
penyerapan istilah
Proses
penyerapa istilah asing dilakukan denagan cara:
a. 1.1 Penyerapan dengan penyesuaian
ejaan dan lafal.
Contohnya:
Camera - kamera
System - sistem
b.
1.2 Penyerapan
dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal.
Contonya:
Design - desain
Science - sains
c.
1.3 Penyerapan
tanpa penyesuaian ejaan, tetapi dengan penyesuaian lafal.
Contohnya:
Bias - bias
Nasal - nasal
d. 2. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan
dan lafal.
2.1 Penyerapan
istilah ini dilakukan jika ejaan dan lafal asing tidak berubah dalam banyak
bahasa modern, dan istilah dicetak dengan huruf miring.
Contonya:
Status quo
Espirit de
corps
2.2 Penyerapan
istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal dilakukan jika istilah itu juga
dipakai secara luas dalam kosakata umum, dicetak dengan huruf tegak.
Contohnya:
Golf -
golf
Lift - lift
5.
3. Penyerapan
afiks dan bentuk terikat istilah asing
a.
Penyesuaian ejaan prefix dan bentuk terikat prefix
asing yang bersumber pada bahasa indo-eropa dapat dipertimbangkan
pemakaiannya di dalam peristilahan bahasa Indonesia setelah disesuaikan
ejaannya.
·
a-, ab-, abs- (‘dari’ ‘menyimpang dari’ ‘menjauhka
dari’) tetap a-, ab-, abs-
amoral
amoral
abstract
abstrak
·
a-, an-, ‘tidak, bukan, tanpa’ tetap a-, an-.
Anemia
anemia
Aphasia
afasia
·
ad-, ac-, ‘ke’, ‘berdekatan dengan’, ‘melekat pada’,
menjadi ad-, ak-.
Adhesion
adesi
Acculturation
alkulturasi
Dsb
Sufiks
asing dalam bahasa Indonesia diserap sebagai bagian kata berafiks yang utuh.
Kata seperti standarisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh
disamping kata standar, implement, dan objek. Berikut daftar kata bersufiks
tersebut.
·
-aat (belanda) menjadi –at
Plaat
pelat
·
-ac (inggris) menjadi –ak
Maniac
maniak
·
-al (ingris) menjadi –al
Minimal
minimal
·
-cy (ingris) menjadi –asi,-si
Accuracy
akurasi
·
-icle (ingris) menjadi –ikel
Article
artikel
·
-ine (ingris) menjadi –in
Cocaine
kokain
·
-y (ingris) menjadi –i
Monarchy
philosophy menjadi Monarki
filosofi
6.
4. Gabungan
Penerjemahan dan Penyerapan
Istilah
bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan menerjemahkan dan menyerap istilah
asing sekaligus.
Contohnya:
Clay
colloid koloid lempung
Subdivision
subbagian
7.
M
E. Bagan Prosedur Pembakuan Istilah
D.
1. Aspek Tata
Bahasa Peristilahan
1.
1.1 Istilah
Bentuk Dasar
Istikah bentuk dasar dapat dipilih diantara kelas
kata seperti nomina, verba, adjektiva, dan numeralia.
2.
1.2 Istilah
Bentuk Berafiks
Istilah bentuk berafiks disusun dari bentuk dasar
dengan penambahan prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks seturut kaidah
penbentukan kata bahasa Indonesia.
3.
1.3 Istilah
Bentuk Ulang
Istilah bentuk ulang dapat berupa ulangan
bentuk dasar seutuhnya atau sebagiannya dengan atau tanpa pengimbuhan dan
pengubahan bunyi.
4. 1.4 Istilah Bentuk Majemuk
Istilah
bentuk majemuk atau kompositum merupakan hasil penggabungan dua bentuk atau
lebih, yang menjadi satuan fleksikal baru.
5.
1.5 Istilah
Bentuk Analogi
Istilah
bentuk analogi bertolak dari pola bentuk istilah yang sudah ada seperti berdasarkan
pola bentuk pegulat, tata bahasa, juru tulis, pramugari, dengan pola analogi
pada istilah tersebut.
6.
1.6 Istilah
Bentuk Metanalisisi
Istilah hasil metanalisis terbentuk melalui
analisis unsure yang keliru.
7. 1.7 Istilah Bentuk Singkatan
Istilah
bentuk singkatan adalah bentuk yang penulisannya dipendekkan.
8. 1.8 Istilah Bentuk Akronim
Istilah
bentuk akronim adalah istilah pemendekkan bentuk majemuk yang berupa gabungan
huruf awal suka kata dan gabungan suku kata.
9.
2. Lambang
Huruf
Lambang
huruf adalah satu huruf atau lebih yang melambangkan konsep dasar ilmiah
seperti kuantitas dan nama unsur.
10. 2.1 Gambar Lambang
Gambar
lambang adalah gambar atau tanda lain yang melambangkan konsep ilmiah menurut
konvensi bidang ilmu yang bersangkutan.
11. 2.2 Satuan Dasar Sistem Internasional
(SI)
Satuan
dasar sistem internasional (Systeme Internasional d’Unites ) yang
diperjanjikan secara internasional dinyatakan dengan huruf lambing.
12. 2.3 Kelipatan dan Fraksi Satuan Dasar
Untuk
menyatakan kelipatan dan fraksi satuan dasar atau turunan digunakan nama dan
lambang.
13. 2.4 System Bilangan Besar
System
bilangan besar diatas satu juta dianjurkan adalah sebagai berikut
14. 2.5 Tanda Desimal
System
satuan internasional menentukan bahwa tanda desimal boleh dinyatakan dengan
koma atau titik.
E. 3. Aspek
Semantik Peristilahan
A. 3.1 Pemberian Makna Baru
Artinya,
kata itu dapat dikurangi atau ditambah jangkauan maknanya sehingga
penerapannya lebih sempit atau lebih luas. Contohnya pada penyempitan makna
dan perluasan makna.
B. 3.2 Istilah Sinonim
Dua
istilah atau lebih yang maknanya sama atau mirip, tetapi bentuknya berlainan.
:mikro- sebagai padanan micro-dalam hal tertentu lebih baik daripada
renik.
C. 3.3 Istilah
Homonim
Istilaeda
homonim berupa dua istilah, atau lebih, yang sama ejaan dan lafalnya, tetapi
maknanya berbeda, karena asalnya berlainan. Istilah homonym dapat dibedakan
menjadi :
1.
3.4 Homograf
Istilah homograf adalah istilah yang sama ejaannya,
tetapi berbeda lafalnya. Contohnya : teras-inti
teras-lantai datar dimuka rumah
2.
3.5 Homofon
Istilah homofon adalah istilah yang sama lafalnya,
tetapi berbeda ejaannya. Contohnya : bank dengan bang
D. 3.6 Istilah Polisem
Istilah
polisem adalah bentuk yang memiliki makna ganda yang bertalian. Contohnya :
(cushion)head
– topi(tiang pancang)
E. 3.7 Istilah Hiponim
Istilah
hiponim adalah bentuk yang maknanya terangkum dalam hiperonim, atau
subordinatnya, atau superordinatnya, yang mempunyai makna yang lebih luas.
Contohnya : kata mawar, melati, cempaka, misalnya, masing-masing
disebut hiponim terhadap kata bunga yang menjadi hiperonim atau
superordinatnya.
F. 3.8 Istilah Taksonim
Istilah
taksonomi adalah hiponim dalam sistem klasifikasi konsep bawahan dan konsep
atasan yang bertingkat-tingkat. Contohnya : Makhluk (bakteri, hewan).
G. 3.9 Istilah Meronim
Istilah
meronim adalah istilah yang maujud (entity) yang ditunjuknya merupakan bagian
dari maujud lain yang menyeluruh ( holonim). Contohnya : tubuh(kepala)
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
DAFTAR PUSTAKA
|
Komentar
Posting Komentar