TAREKAT : PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA
TAREKAT : PENGERTIAN DAN SEJARAH
PERKEMBANGANNYA
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH 1
KELOMPOK 9
Atieq Fauziati 1415203018
Alen Siti Nurfauziah 1415203009
Diana Ikka Syahfitri 1415203033
A. Pengertian
Tarekat
Secara
etimologi tarekat berasal dari kata thariqah
yang berarti jalan, keadaan, aliran atau garis pada sesuatu. Sedangkan secara terminologi
para pengkaji tarekat mengemukakan beberapa definisi, di antaranya :
1. Menurut
Aboebakar Atjeh, tarekat mempunyai arti jalan atau petunjuk dalam melakukan
suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan Nabi dan
dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun-temurun sampai kepada guru-guru,
secara berantai.
2. Menurut
Al-Taftazani, tarekat diartikan sekumpulan sufi yang terkumpul dengan seorang
syaikh tertentu, tunduk dalam aturan aturan yang terperinci dalam tindakan
spiritual, hidup secara berkelompok di dalam ruang-ruang peribadatan atau
berkumpul secara berkeliling dalam momen-momen tertentu, serta membentuk
majelis-majelis ilmu dan zikir secara organisasi.
3. Menurut
Harun Nasution, tarekat berarti jalan yang harus ditempuh seorang calon sufi
agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah.
4. Menurut
Nurcholis Madjid, tarekata dalah jalan menuju Allah guna mendapatkan ridha-Nya
dengan mentaati ajaran-ajaran-Nya.
5. Menurut
al-Syaikh Muhammad Amin al-Kudry, tarekat diartikan: pertama, mengamalkan syariat melaksanakan beban ibadah dengan tekun
dan menjauhkan diri dari sikap yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah. Kedua, menjauhi larangan dan melakukan
perintah Tuhan sesuai dengan kesanggupan, baik larangan dan perintah yang nyata
maupun tidak (batin).
Berdasarkan
beberapa definisi secara istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa tarekat
mempunyai dua pengertian: pertama, tarekat
sebagai pendidikan keruhanian yang dilakukan oleh orang-orang yang menjalani
kehidupan tasawuf, yang secara individu untuk mencapai suatu tingkat keruhanian
tertentu, dan kedua,tarekat sebagai
sebuah perkumpulan atau organisasi yang didirikan menurut aturan yang telah
ditetapkan oleh seorang syaikh yang
menganut suatu aliran tarekat tertentu.
Ajaran-ajaran
tasawuf yang harus ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT merupakan
hakikat tarekat yang sebenarnya.Tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Sedangkan, tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh sesorang
dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa
tarekat adalah tasawuf yang berkembang
dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang diberikan
seorang guru terhadap muridnya.
Berikut
susunan struktur dalam melaksanakan tarekat:
1. Mursyid,
yaitu orang yang memberikan petunjuk (irsyad) atau sering disebut dengan syaikh.
2. Mu’allim,
yaitu guru yang memberikan ilmu atau pengurus satu pengajian.
3. Muaddib,
yaitu guru yang mengajar adab atau moral.
4. Ustadz,
yaitu sebutan untuk seorang guru.
5. Nussak,
yaitu orang yang mengerjakan segala amal dan perintah agama.
6. Ubbad,
yaitu orang yang ahli dan ikhlas mengerjakan segala ibadah.
7. Imam,
yaitu pemimpin yang bukan saja dalam soal ibadah bahkan juga dalam suatu aliran
keyakinan.
8. Sadah,
yaitu penghulu. Gelar ini juga kadang diberikan kepada seorang guru sebagai
penghormatan atau orang yang dihormati dan diberi kuasa penuh.
9. Salik,
yaitu murid. Orang yang menghendaki pengetahuan dalam segala amal ibadahnya.
Dalam
melaksanakan tarekat, sebelumnya seorang salik terlebih dahulu di talqin yaitu pengajaran dan peringatan
yang diberikan oleh seorang mursyid kepada salik yang akan memulai laku sufinya
(suluk). Dan dibai’ah yaitu
perjanjian kesanggupan kesetiaan seorang salik di hadapan mursyidnya untuk
mengamalkan dan mengerjakan segala amalan dan kebajikan yang diperintahkan oleh
mursyidnya.
Hendaknya
bagi mereka yang menggabung diri kepada tarekat tertentu mengetahui benar benar
nisbah atau silsilah atau hubungan guru-gurunya yang sambung menyambung antara
satu sama lain sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
Selain terstruktur, tarekat juga menggunakan beberapa
istilah tertentu. Antara lain :
a)
Syariat
Kata “syariat” yang berarti
peraturan atau perjalanan,para ahli berpendapat berupa amalan-amalan lahir,
semisal shalat, puasa, dan lain-lain.
b)
Hakikat
Kata “hakikat” yang
berarti puncak atau kesudahan sesuatu atau asal sesuatu.Namun didalam istilah
tarekat
berarti sebagai kebalikan syariat yakni yang menyangkut batin.
c)
Ma’rifat
“Ma’rifat” berarti
pengetahuan atau pengalaman.Menurut istilah ma’rifat adalah pengetahuan dalam
mengerjakan syariat dan hakikat.
d)
Suluk
Kata “suluk” berarti
menempuh perjalanan. Dalam tasawuf suluk adalah ikhtiar ( usaha ) dalam
menempuh jalan untuk mencapai tujuan tarekat. Orang yang menjalankan ikhtiar
tersebut dinamakan Salik.
e)
Manazil
Artinya tempat-tempat
perhatian yang dilalui salik yang melaksanakan suluk:
Ø Masyahid
Ialah hal-hal yang
terlihat pada perjalanan di tengah sedang menjalankan suluk.
Ø Maqamat
Ialah derajat-derajat
yang diperoleh dengan usaha sendiri.
Ø Kasbiyah
Ialah derajat-derajat
yang diperoleh semata-mata dengan anugerah Allah yang disebut “al-ahwal”
f)
Zawiyah
Zawiyah adalah
merupakan suatu ruang tempat mendidik calon-calon sufi.
g)
As-Sukr
As-Sukr maksudnya
sebagai salah satu sikap dalam ibadah dan khalwat. Sehingga orang itu tidak
sadar lagi akan dirinya.
Ø Al-Fana
Maksudnya ialah lupa
segala sesuatu ketika beribadah kecuali yang disembahnya.
h)
Uslah
Uslah adalah salah satu
prektek suluk dengan mengasingkan diri dari khalayak ramai yang berbuat
maksiat.
Ø Khalwat
Khalwat sebagai satu
rangkaian dalam suluk dengan jalan menyendiri di tempat yang sunyi atau
bertapa.
i)
Kasyaf
Artinya terbukanya
dinding antara hamba dengan Tuhan dalam tarekat. Empat dinding pembatas antara
Khalik dengan makhluk menurut ahli tarekat yaitu:
Ø Najis dan hadas
Ø Haram dan makruh
Ø Akhlak dan tercela
Ø Kelalaian terhadap Tuhan karena dunia
j)
Khirkah
Ialah semacam ijazah
yang diberikan kepada murid setelah mencapai suatu tahap dalam pengethuan.
k)
Wali
Wali adalah seseorang
yang telah mencapat tingkat kesucian yang tinggi setelah melalui suluk.Dia
mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu sebagai bukti-bukti dari kewaliannya.
l)
Keramat
Adapun yang dimaksud
dengan keramat adalah keistimewaan yang dimiliki seorang wali tersebut.
Ada 2 macam tarekat yaitu tarekat wajib dan tarekat sunah.
Tarekat wajib , yaitu amalan-amalan wajib, baik fardhu ain dan fardhu kifayah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. tarekat wajib yang utama adalah mengamalkan rukun Islam. Amalan-amalan wajib ini sudah ditentukan oleh Allah SWT melalui Al-Quran dan Al-Hadis.Contoh amalan wajib yang utama adalah shalat, puasa, zakat, haji. Amalan wajib lain antara lain adalah menutup aurat , makan makanan halal dan lain sebagainya.
Tarekat sunah, yaitu kumpulan amalan-amalan sunat dan mubah yang diarahkan sesuai dengan 5 syarat ibadah untuk membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa. Tentu saja orang yang hendak mengamalkan tarekat sunnah hendaklah sudah mengamalkan tarekat wajib. Tarekat sunah ini disusun oleh seorang guru mursyid untuk diamalkan oleh murid-murid dan pengikutnya. Isi dari tarekat sunah ini tidak tetap, tergantung keadaan zaman tarekat tersebut dan juga keadaan sang murid atau pengikut. Hal-hal yang dapat menjadi isi tarekat sunat ada ribuan jumlahnya, seperti shalat sunat, membaca Al Qur’an, puasa sunat, wirid, zikir dan lain sebagainya.
Tarekat wajib , yaitu amalan-amalan wajib, baik fardhu ain dan fardhu kifayah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. tarekat wajib yang utama adalah mengamalkan rukun Islam. Amalan-amalan wajib ini sudah ditentukan oleh Allah SWT melalui Al-Quran dan Al-Hadis.Contoh amalan wajib yang utama adalah shalat, puasa, zakat, haji. Amalan wajib lain antara lain adalah menutup aurat , makan makanan halal dan lain sebagainya.
Tarekat sunah, yaitu kumpulan amalan-amalan sunat dan mubah yang diarahkan sesuai dengan 5 syarat ibadah untuk membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa. Tentu saja orang yang hendak mengamalkan tarekat sunnah hendaklah sudah mengamalkan tarekat wajib. Tarekat sunah ini disusun oleh seorang guru mursyid untuk diamalkan oleh murid-murid dan pengikutnya. Isi dari tarekat sunah ini tidak tetap, tergantung keadaan zaman tarekat tersebut dan juga keadaan sang murid atau pengikut. Hal-hal yang dapat menjadi isi tarekat sunat ada ribuan jumlahnya, seperti shalat sunat, membaca Al Qur’an, puasa sunat, wirid, zikir dan lain sebagainya.
B. Sejarah
dan Perkembangan Tarekat
1. Bani
Umayyah
Perubahan
sosio-ekonomi dan politik dalam pemerintahan Bani Umayyah pada abad ke-3 dan
ke-4 adalah titik tolak pelancaran suatu aliran zuhud dan mengutamakan
pembinaan ruhani dalam islam oleh ulama-ulama setempat. Sebenarnya aliran itu,
tidak berniat untuk mengemukakan sesuatu yang baru atau di luar lingkungan
agama islam. Mereka sebenarnya miris dengan perpecahan umat yang terjadi ketika
itu dan merindukan suasana kehidupan yang murni seperti zaman Rasulullah SAW.
2. Bani
Abbasiyah
Pada
akhir era pemerintahan Bani Umayyah, para zuhud tampil ke depan terutama di
Basrah dan Kufah. Di sanalah Hasan al-basri dikenal sebagai penggerak sufi yang
terulung. Pada masa pemerintahan Abbasiyah bangkitlah golongan-golongan sufi
yang menggerakkan konsep-konsep keruhanian. Pada zaman inilah sufi mulai
berkembang dari berlaku zuhud ke peringkat ma’rifat yang lebih dalam.
Ahli
sejarah menetapkan Syeikh Ma’ruf al-Karkhi sebagai ulama sufi yang mengenalkan
aliran zuhud dan ma’rifat. Konsep sufi ini diteruskan oleh Abu Sulaiman
ad-Darani dan Dzunun al-Misri.
Dan menurut Kamil Musthafa Asy-syibi dalam tasisnya
mengungkapkan tokoh pertama yang memperkenalkan sistem tarekat adalah Syaih Abdul Qadir al-Zailani ( 561 M-1166 H ) di Bagdag dengan tarekat Qadiriyah, Sayyid Ahmad
Ar-Rifa’i di Mesir
dengan tarekat
Rifa’iyyah, dan Jalaluddin
ar-Rumi (672 H-1273
M) di Parsi dengan tarekat
Maulawiyah.
Kemunculan Imam Al-Ghazali juga menguatkan dan
mendukung usaha pemikir-pemikir sufi. Beliau menerapkan ilmu tasawuf dalam
pemikiran dasar ilmu tafsir dan selanjutnya menguatkan pengalamannya dalam
tarekat.
Menurut ahli sejarah, tarekat berkembang dari dua daerah yaitu, Khusaran ( Iran ) dan
Mesopotamia ( Irak ) pada periode ini
mulai timbul beberapa diantara tarekat
Yasafiyah yang didirikan oleh Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani.
Berikut
beberapa nama sufi lain yang hidup dalam masa dinasti Abbasiyah :
1.
Sufyan As-Sauri (97-161 H/716-778 M)
2.
Abu Hasyim (w. 190 H)
3.
Rabi’ah al-Adawiyah (w. 185 H/801 M)
4.
Junaidi al-Baghdadi
5.
Abu Yazid al-Bustami (w. 874 M)
6.
Shabuddin Sahrawardi
7.
Al-Qusyairi
Pergerakan
tarekat beredar luas pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah telah menarik
pengikut yang mempunyai latar belakang berbeda. Di masa Al-Ghazali, pada abad
ke 6 dan 7 tarekat mencapai ekspresi yang lebih sistematik sebagai alat
penyampaian sufi dan dengan ajaran sufistiknya yang berpegang pada kitab Allah
dan sunnah Rasulullah. Dua faktor yang berpengaruh dalam perkembangan tarekat
adalah para
syeikh tarekat dan pengikutnya.
Dibawah ini, beberapaaliran-aliran tarekat yang berkembang dalam agama islam :
1.
Tarekat Qadiriyah
Qadiriyah
didirikan oleh Abdul Qadir
Zailani [470 H /1077 M-561 H /1166 M] atau quthb al-awiya. Ciri khas dari
Tarekat Qadiriyah ini adalah sifatnya yang luwes,tidak sempit sehingga tuan syaikh atau Syaikh Mursyid yang baru dapat menentukan
langkahnya menuju kehadirat Allah SWT guna mendapat keridlaan-Nya. Keluwesan
dan kemandirian inilah, yang menyebabkan tarekat ini cepat berkembang di
sebagian besar dunia Islam.Terutama di Turki, Yaman, Mesir, India, Suria,
Afrika dan termasuk ke Indonesia.
2.
Syadziliyah
Tarekat
Syadziliyah didirikan oleh Abu Al-Hasan asy-Syadzili
[593 H /1196 M-656 H /1258 M].Syadziliyah menyebar luas di sebagian
besar Dunia Muslim.Seperti, Afrika
Utara termasuk Mesir.
3.
Tarekat Naqsabandiyah
Tarekat
Naqsabandiyah didirikan oleh Muhammad Bahauddin an-Naqsabandi al-Awisi al-Bukhari [w.1389M] di Turkistan.
Tarekat ini mempunyai dampak dan pengaruh sangat besar kepada masyarakat muslim
di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia
Tengah, kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afganistan, dan India. Ciri menonjol tarekat Naqsabandiyah adalah : Pertama, mengikuti
syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan
terhadap musik dan tari, dan lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua, upaya
yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta
mendekati negara
pada agama.
4.
Tarekat Yasafiyah
Tarekat
Yasafiyah didirikan oleh Ahmad al-Yasafi
[w. 562H/1169M] Tarekat
ini menganut paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami [w. 425 H/1034 M].Setelah
wafatnya Ahmad al-Yasafi
kepemimpinan dilanjutkan oleh Abu Al-Farmadhi [w. 477 H/1084
M].Tarekat Yasafiyah berkembang ke berbagai daerah, antara lain ke Turki.
5.
Tarekat Khalwatiyah
Tarekat
ini didirikan oleh Umar al-Khalatawi
[w. 1397 M] dan merupakan salah satu tarekat yang berkembang di berbagai
negeri, seperti Turki, Syiria, Mesir, Hijaz, dan Yaman.Di Mesir, tarekat
Khalwatiyah didirikan oleh Ibrahim Gulsheini [w. 940 H/1534 M] yang kemudian
terbagi kepada beberapa cabang, antara lain tarekat Sammaniyah yang didirikan
oleh Muhammad bin Abd al-Karim as-Samani
[1718-1775].
6.
Tarekat Syatariyah
Tarekat
ini didirikan oleh Abdullah bin Syattar [w. 1485 M] dari India.
7. Tarekat
Rifa’iyah
Tarekat
ini didirikan oleh Ahmad bin Ali ar-Rifa’i [1106-1182 M]. Tarekat sufi Sunni ini memainkan
peranan penting dalam pelembagaan sufisme. Dari segala praktik kaum Rifa’iyah, dzikir mereka yang khas selalu dilakukan disertai tabuhan gendang.
8.
Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah
Tarekat
ini merupakan gabungan dari dua ajaran tarekat, yaitu Qadiriyah dan
Naqsabandiyah.Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Khatib Sambas yang bermukim dan
mengajar di Mekkah pada pertengahan abad ke-19.Tarekat ini merupakan yang
paling berpengaruh dan tersebar secara meluas di Jawa saat ini.
9.
Tarekat Sammaniyah
Tarekat
ini didirikan oleh Muhammad bin Abdal-Karim
al-Madani asy-Syafi’i as- Samman [1130-1189 H /1718-1775 M]. Hal menarik dari tarekat ini yang
menjadi ciri khasnya adalah corak wahdat al-wujud.
10.
Tarekat Tijaniyah
Tarekat
Tijaniyah didirikan oleh Syaikh
Ahmad bin Muhammad at-Tijani
[1150-1230 H/1737-1815 M]. Bentuk amalan tarekat Tijaniyah terdiri dari dua
jenis,yaitu wirid wajibah dan wirid ikhtiyariyah.
11.
Tarekat Chistiyah
Chistiyah
adalah salah satu tarekat sufi utama di Asia Selatan. Tarekat ini meyebar ke
seluruh kawasan yang kini merupakan wilayah India, Pakista dan Banglades.
Namun, tarekat ini hanya terkenal di India. Pendiri tarekat ini di India adalah
Khwajah Mu’ in
Ad-Din Hasan, yang lebih populer dengan panggilan Mu’ in Ad-Din Chisti.
12.
Tarekat Mawlawiyah
Nama
Mawlawiyah berasal dari kata
“mawlana” [guru kami],yaitu gelar yang diberikan
murid-muridnya kepada Muhammad Jalal Ad-Din Ar-Rumi [w. 1273 M].Oleh karena itu, Rumi adalah pendiri
tarekat ini, yang didirikan sekitar 15 tahun terakhir hidup Rumi.Salah satu
mursyid sekaligus wakil yang terkenal secara internasional dari tarekat ini
adalah Syaikh
al-Kabir Helminski yang bermarkas di
California, Amerika Serikat.
Tarekat Mawlawiyah ini mempunyai ciri khas tarian yaitu tarian darwis, yang
dilakukan dalam keadaan tidak sadar agar dapat bersatu dengan Tuhan.
13.
Tarekat Ni’matullahi
Tarekat
Ni’matullahi adalah
suatu mazhab sufi Persia yang segera setelah berdirinya dan mulai berjaya pada
abad ke-8 sampai abad ke-14.
Tarekat ini didirikan oleh Syaikh
Ni’matullahi Wal.
Tarekat ini secara khusus menekankan pengabdian dalam pondok sufi itu sendiri.
14.
Tarekat Sanusiyah
Tarekat
ini didirikan oleh Sayyid Muhammad bin Alias-Sanusi. Dalam tarekat ini, dzikir bisa
dilakukan bersama-sama atau sendirian. Tujuan dzikir itu lebih dimaksudkan
untuk “melihat nabi” ketimbang “melihat tuhan”, sehingga tidak
dikenal “keadaan ekstatis”
sebagaimana yang ada pada tarekat lain.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara
etimologi tarekat berasal dari kata thariqah
yang berarti jalan, keadaan, aliran atau garis pada sesuaatu.
Adapun
sejarah timbulnya tareqat, Harun Nasution menyatakan bahwa setelah al-Ghazali
memenghalalkan tasawuf yang sebelumnya yang dikatakan sesat, tasawuf berkembang
didunia islam, melalui tarikat. Tariqat adalah organisasi dari
pengikut-pengikut sufyn besar, yang bertujuan untuk melestarikan ajaran-ajaran
tasawuf gurunya, tariqat memakai suatu tempat pusat kegiatan yang disebut
ribat, ini merupakan tempat murid-murid berkumpul melestarikan ajaran
tasawufnya.
B. Saran
Tujuan
hidup tidaklah mencapai kebaikan.Untuk kebaikan melainkan merasa kebahagiaan.
Tujuan kita bukan untuk mengetahui, melainkan berbuat, dan bukan untuk
mengetahui apa budi itu. Melainkan supaya kita menjadi orang yang berbudi.
Manusia
tidak selamanya tepat pertimbangannya, adil sikapnya, kadang – kadang manusia
berbuat yang tidak masuk akal.Oleh sebab itu, manusia perlu sekali tahu
mengenai diri.Manusia yang tahu mengetahui diri hidupsebagaimana mestinya tidak
terombang – ambing oleh hawa nafsu.
Ø Makluf, Luis. 1986, Al-Munjid Fi Al-Lughat Wa Al-A’lam. Bairut:
Dar Al-Masyrik
Ø Solihin, M.
2008, Ilmu Tasawuf. Bandung: CV Pustaka
Setia
Ø Schimel, Annemarie.
1986, Dimesti Mistik Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus
Ø Mustofa, A. 2007,
Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia
Ø Nasution, Harun.
1986, Perkembangan Tasawuf Di Dunia Islam. Jakarta: Depag RI
Ø Anwar, Rosihon. 2000,
Ilmu Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia
Ø Mustofa, A. 2010,
Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia
ØNurul imamah, 2013: Tasawuf jalan yg sesungguhnya,
Makasar: Penerbit Arus Timur.
Ø Kasmuri Selamat & ihsan sanusi, 2012: Akhlak
Tasawuf, Jakarta: Penerbit Kalam Mulia.
Ø H.M.Jamil, 2013: Akhlak Tasawuf, Ciputat: Penerbit
REFERENSI.
Ø Mengenal Thariqah (Panduan pemula mengenal menuju jalan
Allah Ta'ala), 2005: Semarang, Penerbit Aneka ilmu Semarang.
ØRosihon Anwar, 2010: Akhlak Tasawuf, Bandung: Penerbit
CV. Pustaka Setia.
[1] Luis Makluf, Al-Munjid
fi Al-Lughat wa Al-A’lam (Bairut: Dar Al-Masyriq, 1986), hal.465.
[2] M. Solihin, Ilmu
Tasawuf (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hal.203.
[3] Annemarie Schimel,
Dimensi Mistik dalam islam(Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1986), hal.101.
[4] A. Mustofa, Akhlak
Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2007),hal.280.
[5] A. Mustofa,
Op.Cit., hal.280-281.
[6] Proyek Pembinaan
Perguruan Tinggi, Pengantar Ilmu Tasawuf (Sumatra Utara, 1981/1982)hal.273.
[7] M. Solihin,
Op.Cit., hal.207.
[8] Harun Nasution,
Perkembangan Tasawuf di Dunia Islam (Jakarta: Depag RI, 1986), hal.24.
[9] Rosihon Anwar, Ilmu
Tasawuf (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000),
hal.167.
[10] Rosihon Anwar,
Op.Cit., hal.168.
[11] M. Solihin,
Op.Cit.,hal.211-216.
[12] M. Solihin,
Op.Cit.,hal.217-218.
[13] H. A. Mustofa, Akhlak
Tasawuf ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2010 ), hal.285-286.
[14] H. A. Mustofa,
Op.Cit.,hal.286-287.
[15] H. A. Mustofa,
Op.Cit.,hal.287-288.V
Komentar
Posting Komentar