SUMBER AJARAN ISLAM (TUGAS METODOLOGI STUDI ISLAM)
PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM
TUGAS TERSTRUKTUR
Diajukan untuk memenuhi mata
kuliah METODOLOGI STUDI ISLAM
Dosen:Wardah Nuroniyah, SHI,
MSI
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2015
PEMBAHASAN[1]
1. Sumber Ajaran Islam
Islam merupakan nama dari suatu agama yang berasal dari Allah SWT, sumber ajarannya berasal dari wahyu yang datang dari Allah SWT. bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari nabi Muhammad SAW. Di kalangan ulama’ terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam yang utama (primer) adalah Al qur’an dan As sunnah sebagai sumber ajaran kedua. Selain itu juga digunakan ro’yu atau akal pikiran untuk memahami Alqur’an dan Assunnah.
Sumber ajaran Islam ada 3
1. Sumber Ajaran Islam
Islam merupakan nama dari suatu agama yang berasal dari Allah SWT, sumber ajarannya berasal dari wahyu yang datang dari Allah SWT. bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari nabi Muhammad SAW. Di kalangan ulama’ terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam yang utama (primer) adalah Al qur’an dan As sunnah sebagai sumber ajaran kedua. Selain itu juga digunakan ro’yu atau akal pikiran untuk memahami Alqur’an dan Assunnah.
Sumber ajaran Islam ada 3
a. Al qur'an
Al qur’an merupakan fundamental ajaran Islam
yang di dalamnya memuat wahyu dari Allah SWT. Alqur’an merupakan sumber ajaran
Islam pertama dan utama dalam Islam. Alqur’an adalah kitab suci yang isinya
mengandung firman Allah, turunnya secara bertahap melalui malaikat, pembawanya
adalah Nabi Muhammad SAW, susunanny dimulai dari surat al fatihah dan diakhiri
surat an nass, bagi yang membacanya bernilai ibadah, fungsinya sebagai hujjah
atau bukti yang kuat atas kerosulan Nabi Muhammad SAW, keberadaannya hingga
kini masih terpelihara dengan baik dan pemasyarakatannya dilaksanakan secara
berantai dari satu generasi ke generasi lainnya dengan tulisan dan lisan.
Tujuan diturunkan Alqur’an untuk menjadi pedoman bagi umat manusia dalam hidup.
sehingga mencapai kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Al-Qur’an menjadi sumber nilai dan norma umat Islam, yang berisi tentang:
• Petunjuk mengenai aqidah yang harus diyakini umat Islam. petunjuk aqidah ini berintikan keimanan akan ke-Esaan Tuhan dan kepercayaan terhadap kepastian adanya hari kebangkitan, perhitungan serta pembalasan kelak.
• Petunjuk mengenai syariah yaitu jalan yang harus diikuti oleh manusia dalam berhubungan dengan Allah dan sesama insan. demi kebahagian dunia dan akhirat.
• Petunjuk tentang akhlak mengenai baik dan buruk yang harus diindahkan manusia.
• Kisah-kisah umat manusia masa lampau (sejarah). Dengan demikian al Qur’an menjadi sangat fundamental bagi manusia.
b. As-Sunnah
Sunnah adalah segala yang dinukilkan nabi SAW baik perkataan, perbuatan maupun
taqrir. Kedudukan as-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam selain didasarkan pada
keterangan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits juga didasarkan pada kesepakatan para
sahabat.
Sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an as-Sunnah memiliki fungsi
yang sejalan dengan al-Qur’an. keberadaan as-Sunnah tidak dapat dilepaskan dari
adanya sebagian dari ayat al-Qur’an yaitu:
• Ayat yang bersifat global yang memerlukan perincian, maka Hadits berfungsi
untuk merinci petunjuk dan isyarat al-Qur’an yang global tersebut.
• Ayat yang bersifat umum (menyeluruh) yang menghendaki pengecualian, maka
hadits berfungsi sebagai pengecuali terhadap isyarat al-Qur’an yang bersifat
umum.
• Ayat yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang menghendaki pembatasan, maka
hadits berfungsi sebagai pembatas
.
• Isyarat al-Qur’an yang mengandung makna lebih dari satu (Musytarak) yang
menghendaki penetapan makna, bahkan terdapat sesuatu yang secara khusus tidak
dijumpai keterangannya dari al-Qur’an, maka Hadits berperan sebagai pemberi informasi
terhadap kasus tersebut. [2]
Dengan demikian, pemahaman al-Qur’an dan
pehaman ajaran Islam yang seutuhnya tidak dapat dipisahkan tanpa mengikut
sertakan Hadits.
c. Ro’yu
Ro’yu atau akal pikiran merupakan sumber ajaran Islam yang ketiga setelah
al-Qur’an dan Hadits. Ro’yu disebut sebagai sumber sekunder atau instrumental
karena merupakan sarana atau alat untuk memahami ajaran dasar.
Ro’yu digunakan untuk ijtihad yaitu melakukan kesungguhan dan ketekunan optimal
untuk menetapkan hukum Syara’. Jadi, ijtihad dilakukan untuk menetapkan hukum
yang tidak dipenuhi dalam al-Qur’an dan Hadits.
Syarat-syarat melakukan ijtihad yaitu:
1.) Mengetahui Nash
2.) Mengetahui soal-soal ijma’
3.) Mengetahui Bahasa Arab
4.) Mengetahui Ushul Fiqih
5.) Mengetahui Maslihul Mursalah
6.) Ilmu-ilmu penunjang.
Jadi, apabila terdapat suatu perkara yang Allah SWT dan Rasul-Nya belum
menetapkan ketetapannya, maka umat Islam dapat menentukannnya sendiri.
2.
Sifat Dasar Ajaran Islam
Konsep dasar ajaran Islam adalah seluruh alam semesta diciptakan oleh Allah SWT
yang merupakan Tuhan dan penguasa alam semesta, Dialah pencipta alam semesta,
Dan penguasa alam semesta dan Dia pula yang akan mencukupinya. Diciptakannya
manusia, dan masing-masing manusia diberi umur tertentu, Allah SWT telah
menentukan kode kehidupan tertentu yang paling tepat bagi manusia, tetapi pada
saat yang sama manusia diberi kebebasan untuk memilih. Apakah akan menerima
atau mengingkari dasar kehidupannya sendiri. Ajaran Islam memiliki sifat khas
yang berbeda dengan ajaran Agama lainnya yang menjadikannya menarik bagi
manusia sepanjang umur dan zaman.
Sifat dasar Islam antara lain:
a. Kederhanaan, rasionalitas, dan praktis
Islam tidak memiliki mitologis, ajarannya cukup sederhana dan dapat dipahami.
Didalamnya tidak pernah ada tempat bagi keberhalaan dan keyainan yang tidak
rasional. Ajaran Islam bersifat rasional yang dapat dijelaskan oleh logika dan
penalaran. Islam merangsang pemeluknya mempergunakan akal serta mendorong
pemakaian intelek.. Ajarannya bersifat dan langsung yaitu setiap manusia
dimungkinkan untuk memahami kitab Allah SWT secara langsung dan menerapkan
ketentuan yang ada dalam kehidupan praktis. Sehingga jelaslah bahwa Islam
merupakan agama yanng praktis dan tidak memperbolehkan manusia berpuas diri
dalam kekosongan (kesia-siaan).
b. Kesatuan antara materi dan rohani
Islam mendorong manusia untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan. Islam tidak
memisahkan secara yang material dengan yang moral, yang duniawi dengan yang
ukhrawi, dan mengajak manusia agar selalu mencurahkan tenaga untuk
mengkonstruksikan kehidupan atas dasar moral yang sehat. dengan demikian dapat
disimpulkan, bahwa Islam menyuruh untuk memadukan antara kehidupan moral dan
materi. Sehingga keduanya saling selaras dan memberi kemanfa’atan, bukan dengan
kehidupan asketisme (kepertapaan) maupun dengan ideologi materialistik yang
dapat mengabaikan sisi moral dan spiritual kehidupan.
c. Sebuah cara hidup yang lengkap
Islam mempunyai cara hidup yang lengkap yang melingkupi seluruh aspek eksistensi
kehidupan manusia. Islam memberikan tuntunan bagi seluruh aspek kehidupan baik
pribadi dam sosial, material dan moral, ekonomi dan politik,, legal dan
kultural, serta nasional dan internasional. Al-Qur’an mengajak manusia agar
memeluk Islam tanpa keraguan dan mengikuti tuntunan Ilahi dalam segala aspek
kehidupan.
d. Keseimbangan antara pribadi dan masyarakat . Islam menciptakan keserasian
dan keseimbangan antara individualisme dan kolektivisme. Keduanya mempunyai hak
dan kewajiban sehingga harus ditunaikan secara selaras dan sebaik-baiknya.
e. Universalitas dan Humanisme
Islam bersifat menyeluruh dan sangat menjunjung tinggi kemanusiaan, Islam
menghendaki perdamaian dan persatuan Umat.
f. Keajegan dan perubahan
Yang dimaksud keajegan dalam Islam bukan berarti kaku, datar dalam setiap hal.
Islam bisa menerima perubahan. Keduanya harus dijalankan secara luwes dan
seimbang, sehingga prinsip Islam tetap ada tanpa terganggu oleh perubahab yang
ada.
3. Karakter
Islam Antara Normativitas dan Historitas
Para ilmuwan mencoba untuk melakukan berbagai pendekatan guna mengenali
karakteristik ajaran Islam. Misalnya Harun Nasution menggunakan pendekatan
filosofis dan historis sebagai acuannya. H.M Rasyidi melakukan pendekatan
normatif legalistik. Karakteristik normatif yaitu karakteristik yang memandang
agama dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari Tuhan yang didalamnya
terdapat penalaran manusia.
Islam memiliki karakteristik yang khas yang dapat dikenali melalui konsepnya
dalam berbagai bidang. seperti bidang agama, ibadah, mu’amalah, yang didalamnya
mencakup masalah pendidikan, illmu pengetahuan, kebudayaan, sosisal, ekonomi,
politik, lingkungan hidup, kesehatan. Serta Islam sebagai sebuah disiplin Ilmu.
sedangkan karakteristik Historistik adalah Ilmu yang didalamnya dibahas
berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar
belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.
Macam-macam karakteristik Islam:
a. Kerobbanian
Kerobbanian adalah karakteristik konsep Islam yang terutama dan sumber dari
karakteristik lainnya, konsep Islam ini merupakan aqidah yang diwahyukan dari
Allah SWT dan bersumber dari pada-Nya saja. Konsep ini diterima oleh seluruh
unsur keberadaan manusia bukan diciptakan oleh manusia sebagaimana konsep
keberhalaan. sehingga apa yang dikerjakan manusia menurut karakteristik Islam
konsep Rabbani ini hanyalah menerima, memahami, beradaptasi dengannya dan
menerapkan tuntutan-tuntutannya dalam kehidupan manusia.
b. Kekonstanan
Kekonstanan terdapat pad sendi-sendi pokok konsep dan nilai-nilai yang esensial
dalam Islam, karena sendi-sendi dan nilai-nilai ini tidak berubah dan tidak
berimbang dengan berkembangnya fenomena-fenomena kehidupan yang nyata dan
bentuk-bentuk aturan praktis. perubahan pada fenomena-fenomena kehidupan dan bentuk-bentuk
aturan ini tetap dalam kerangka sendi-sendi dan nilai-nilai yang tetap dalam
konsep. Sehingga tidak ada pelanggaran pokok aturan Islam meskipun telah
terjadi perubahan atau kondisi tetap (konstan).
c. Ke-Universalan
Kehidupan aqidah yang dijalani sendiri akan menimbulkan pemikiran yang bersifat
parsial sehingga tidak akan pernah mencerminkan suatu kehidupan yang menyeluruh
atau universal. Ke-Universalan akan membuat lengkap dan sempurna suatu sistem
yang mencakup aqidah dan organisasi kehidupan dan akan memberikan ketenangan
pada fitrah manusia, karena ia menghadapi fitrah tersebut dengan tabi’’at yang
padu tidak terpecah belah eksistensinya. dengan demikian ke-Universlan akan
memberikan kelengkapan dan kesempurnaan serta keterpaduan dalam menjalankan
hukum Islam.
Dalam posisi yang seimbang, maka Islam tidak akan terombang-ambing dalam
keadaan kurang atau lebih maupun dari benturan berbagai masalah. yang dimaksud
keseimbangan dalam Islam konsepnya yaitu keseimbangan antara kehidupan dunia
dan akhirat yang merupakan Implementasi keseimbangan antara kemutlakan kehendak
Ilahi dengan ketetapan hukum-hukum alam. Apabila manusia hanya mengedepankan
salah satunya maka tidak akan terjadi pemuliaan.
e. Keaktifan
Sifat Allah dalam konsep Islam bukanlah sifat yang pasif. Dan kesempurnaan-Nya
bukan sifat yang pasif pula, sesungguhnya keaktifan hubungan antara Allah SWT
dengan seluruh makhluk-Nya bersifat padu dan aktif. Konsep manusia tentang
Tuhannya dan keterkaitan sifat-sifatNya dengan kehidupan manusia, itulah yang
menentukan nilai Tuhan di dalam dirinya, disamping menentukan juga sikapnya
kepada-Nya.
f. Kerealistisan
Konsep ini berhubungan dengan reailtas-realitas objek yang memiliki wujud yang
nyata dan meyakinkan. dan bekas yang realitas. Ia tidak berupa konsep rasional
atau idealisme yang tak mempunyai wujud dalam realita. Sehingga dalam
kerealistisan konsep dasar Islam akan membawa kepada kehidupan yang bersifat
nyata, sebab konsep Islam berhubungan dengan hakikat Ilahi yang nampak dalam
jejak bekasnya yang aktif dan efektifitasnya yang nyata. Selain itu juga
berhubungan dengan hakikat alam yang nampak dalam gejala-gejalanya yang
indrawi, yang memancarkan dan menerima pengaruh.
g. Ketauhidan
Tauhid merupakan sendi pertama konsep Islam, karena dia adalah hakikat pokok
dalam aqidah Islam. Tauhid juga merupakan salah satu karakteristik dalam konsep
Islam karena luasnya kajiannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep
Islam adalah satu-satunnya konsep yang tetap tegak di atas landasan tauhid yang
murni, dan tauhid merupakan salah satu karakteristik konsep ini, sehingga
ketauhidan memberikan pada keunikan dan keistimewaan diantara semua aqidah yang
ada di dunia
4. Moralitas Islam dalam Ibadah, Pendidikan, Ilmu dan Sosial
Pada prinsipnya moral tidak seperti akhlak yang bersumber dari al-Qur’an dan
Hadits secara mutlak
• Ibadah dalam Islam
Ibadah dalam Islam merupakan cara untuk mensucikan diri. Dasar dari ibadah
adalah pengakuan bahwa manusia adalah makhluk Allah, Oleh karena itu,
berkewajiban untuk mengabdi kepada-Nya. sedang dalam ajaran Islam konsepsi
ibadah berkaitan erat dengan pandangan bahwa landasan kehidupan adalah
keyakinan dan pemikiran yang benar, kesucian jiwa dan tindakan yang baik.
Keutamaan Ibadah menurut ajaran Islam antara lain:
a. Bebas dari segala perantara
Islam telah melepaskan Ibadah dari ikatan perantara yang menghubungkan manusia
dengan sang pencipta. Islam menghendaki hubungan langsung antara manusia dengan
Tuhan-Nya, sehingga perantara tidak diperlukan lagi.
b. Tidak ditunjukkan untuk wilayah tertentu
Islam membebaskan tempat dalam ibadah. Dimana saja manusia dapat menghadapkan
wajahnya kepada Tuhannya.
c. Melingkupi segala
Islam tidak terpaku pada bentuk do’a atau pujian tertentu. Segala perbuatan
baik yang di lakukan dengan tulus, serta kesadaran bahwa segalanya di lakukan
untuk melaksanakan perintah Tuhannya semata-mata mencari keridhoan-Nya.
• Moralitas Islam Dalam Pendidikan
Islam memiliki ajaran khas dalam bidang pendidikan. Islam memandang bahwa
pendidikan adalah hak bagi setiap orang (education for all) dan berlangsung
sepanjang hayat (long life education). Dalam bidang pendidikan islam memiliki
rumusan yang jelas, dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana dan
sebagainya.
Di Al qur’an dijumpai beberapa metode-metode pendidikan seperti metode ceramah,
tanya-jawab, diskusi, dan lain-lain. Berbagai metode tersebut dapat digunakan
sesuai dengan materi yang di ajarkan dan dimaksudkan agar tidak membosankan.
• Moralitas Islam Dalam Ilmu
Islam memiliki berbagai disiplin ilmu yaitu ilmu ke-Islaman. Yang termasuk ilmu
keislaman adalah Alqur’an/tafsir, hadits/ilmu hadits, ilmu kalam, filsafat,
tasawuf, hukum islam, sejarah dan kebudayaan islam, serta pendidikan islam.
Islam dan ilmu akan membawa kepada timbulnya jurusan dan fakultas di IAIN yang
tersebar di Indonesia.
• Moralitas Islam Dalam Sosial
Dalam sosial yang di bicarakan adalah hubungan manusia dengan makhluk di
sekitarnya secara komprehensif. Baik dalam keluarga, karib maupun masyarakat.
Islam memiliki keluasan dalam berinteraksi dengan sesamanya. Islam juga
menjunjung tinggi tolong-menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran,
kesetiaan, kesamaan derajat, tenggang rasa, dan kebersamaan.[6]
5. Pembaharuan Dalam Islam
Pembaharuan dalam islam mengandung makna modernisasi-modernisasi dalam
masyarakat barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk
mengubah paham, adat-istiadat, institusi lama, dan sebagainya. Untuk
disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan IPTEK modern.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia islam, terutama
pembukaan abad ke-19 yang dalam sejarah islam di pandang sebagai permulaan
periode modern. Kontak dengan dunia barat selanjutnya membuat ide-ide baru ke
dunia Islam tersebut rasionalisme, nasionalisme, dan demokrasi, semua itu akan
menimbulkan persoalan baru.
Sebagaimana di Barat, dunia Islam juga timbul pikiran dan gerakan untuk
menyesuaikan keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan
ilmu pengetahuan modern. Kata modernitas dianggap mengandung arti negatif, maka
untuk menjauhi arti negatif itu apabila diterjemahkan dalam bahasa indonesia
yaitu pembaharuan.
Pada abad ke-18 dan 19 timbullah kesadaran akan kelemahan dan kemunduran umat
Islam pada diri pemimpin-pemimpin setelah adanya hubungan langsung dengan dunia
barat. Adanya kontak itu membuat para pemimpin Islam dapat mengadakan
perbandingan antara dunia Islam yang sedang menurun dan dengan dunia Barat yang
sedang naik. Keadaan ini mendorong pemimpin-pemimpin Islam untuk menyelidiki
sebab yang membawa Islam kepada kemunduran dan kelemahan. Selanjutnya mereka
memikirkan jalan keluar untuk mencapai kemajuan dan kebahagiaan. Diantara sebab
yang ditemukan pemimpin-pemimpin Islam yang membuat Islam lemah dan mundur
adalah bahwa Islam yang dianut dan yang di amalkan umat bukan Islam yang
sebenarnya. Di dalam Islam telah masuk ajaran dan praktek dari luar. Dengan
kata lain, bid’ah yang tidak menguntungkan telah banyak masuk ke dalam Islam.
Selain itu juga berkurangnya pemikiran untuk berijtihad untuk menemukan hukuk
dari sumber al Qur’an dan Hadits. Mereka lebih banyak bersifat taklid dan
menjadi statis. Sehingga timbullah anggapan bahwa hidup di dunia bukan untuk
orang Islam tapi untuk orang bukan Islam. Selain itu dalam ajaran jabariyah
yang didalamnya terdapat teologi islam mulai mempunyai pengaruh kepada umat
Islam diabad pertengahan. Ajaran ini dan ajaran tawakkal yang dibawa tarikat
sufi telah menghilangkan dinamika umat Islam, sebagai gantinya timbullah sikap
pasif dikalangan umat Islam. Sebab lain ialah pemerintahan absolut yang
terdapat di dunia Islam abad pertengahan. Sultan atau raja berbuat sekehendak
hati tanpa memperhatikan kepentingan umat. Itulah sebab-sebab penting yang
membawa kemunduran dan kelemahan umat Islam. Maka pembaharuan yang perlu
dilakukan yaitu umat Islam harus kembali pada ajaran Islam sebenarnya yaitu
sebagai mana diamalkan umat Islam dizaman kelasik. Sikap taklid kepada pendapat
dan penafsiran lama juga harus ditinggalkan dan pintu ijtihad dibuka, yang
dijadikan pedoman hanya Al Qur’an dan Hadits. Dinamika dikalangan umat Islam
harus dihidupkan kembali dari paham tawakkal dan paham Jabariyah. Orientasi
keakhiratan umat Islam harus diimbangi dengan orientasi keduniaan. Pendidikan
tradisional harus diubah dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern kepada
kurikulum madrasah. Dalam bidang politik, pemerintahan absolut harus diubah
menjadi pemerintahan demokrasi.
Perubahan-perubahan telah banyak terjadi dikalangan umat islam yang pada
intinya tidak melanggar ajaran-ajaran agama. Jadi pembaharuan yang terjadi di
dunia Islam dimaksudkan untuk kemajuan Islam dengan meninggalkan tradisi lama
bukan dengan meninggalkan dasar agama atau ketentuan-ketentuan yang dibawa wahyu.[7]
Komentar
Posting Komentar